Karya penulisan baik fiksi maupun non fiksi, selain isinya harus
berkualitas dan memberi pesan juga tak kalah pentingnya adalah membuatnya
tersaji menarik dan enak untuk dinikmati. Untuk masalah penyajian ini kita
semua sudah tahu bahwa bahasa, tata tulis dan pemilihan diksi merupakan hal
yang penting.
Namun yang tak kalah pentingnya dan mungkin terlewatkan oleh
kita sebagai penulis adalah ilustrasi dalam bentuk gambar atau foto. Banyak tulisan di media, baik mainstream atau on-line, yang sebenarnya isinya sangat bagus tetapi menjadi tidak
ditengok atau dibaca karena tidak disertai dengan ilustrasi gambar atau foto
yang baik.
Ilustrasi gambar atau foto yang kita pakai untuk menyertai tulisan
atau artikel tentu saja harus yang mendukung dengan isi atau tema tulisan.
Selain itu juga harus eye-catching, menggoda
pandang. Tetapi memang pemilihan ilustrasi atau foto ini hanya leluasa kita
lakukan dalam karya penulisan di media on-line, sedangkan untuk media mainstream tentu saja terserah pengelola
media yang bersangkutan.
Untuk tulisan non-fiksi tentu harus sesuai atau mewakili isi
tulisan. Tulisan politik tentang presiden Jokowi tentu saja harus ada foto atau
gambar dia. Sajian reportase tentang peristiwa kecelakaan pesawat terbang tentu
harus ada foto peristiwanya. Sajian artikel tentang aktivitas atau perilaku
bercinta juga harus ada gambar atau foto tentang hal tersebut tetapi tentu saja
tidak boleh vulgar. Artikel tentang lifestyle tentu tidak sesuai kalau
ilustrasinya berupa karikatur tentang aktivitas politik mahasiswa yang sedang
melakukan demo, demikian juga sebaliknya tulisan politik tentu tidak pas kalau
ilustrasinya foto fashion show. Singkatnya
tema tulisan atau berita apa pun sebaiknya dilengkapi foto atau gambar yang
mendukung isi dan harus menarik pembaca.
Bagaimana dengan karya tulisan fiksi? Ini justru yang mutlak
harus dilengkapi dengan ilustrasi yang sesuai tema karangan, indah, menarik, eye-catching dan merangsang imajinasi
pembacanya. Hal ini berlaku, baik di media cetak maupun on-line.
Apa yang akan terjadi apabila anda menemukan sebuah buku
novel, dicetak tanpa ilustrasi di sampulnya? Kemungkinan besar tidak akan anda
sentuh saat dipajang di toko buku. Gambar sampul sangat merangsang minat baca
kita.
Cerita bersambung atau cerpen dan juga puisi di buku,
majalah atau on-line (misalnya, blog Kompasiana) akan lebih menarik kalau
dilengkapi dengan ilustrasi gambar atau foto juga. Dalam blog, penulis sangat
leluasa untuk memilih pendukung karya penulisan fiksi ini.
Dalam tulisan fiksi kita tidak boleh sembarangan memilih
ilustrasi gambar atau foto, harus sesuai dengan tema tulisan. Cerpen tentang
percintaan tentu gambarnya juga harus tentang percintaan. Cerita horor tentang
rumah hantu tentu harus dilengkapi dengan gambar ilustrasi rumah tua yang
seram. Puisi tentang laut tentu tidak sesuai kalau ilustrasi gambar hutan atau
gunung demikian pula sebaliknya. Puisi cinta tentu sangat menarik apabila
dilengkapi dengan gambar hati, adegan berciuman dan sejenisnya. Singkatnya,
ilustrasi tulisan fiksi harus merangsang imajinasi pembacanya.
Di era informasi digital yang sangat leluasa ini, sangat
mudah untuk mencari dan memilih gambar atau foto pendukung karya tulisan kita.
Kita tinggal meramban di internet, memilih dan selanjutnya mengunduh sesuai
dengan yang kita butuhkan.
Tetapi perlu kita pahami bahwa kita mesti menaati ketentuan
untuk menyebutkan sumber foto atau gambar yang kita ambil dan gunakan. Sertakan
keterangan sumbernya di bawah gambar atau foto atau di bawah karya penulisan
kita. Jika gambar atau foto merupakan karya kita sendiri, silahkan sebutkan
sebagai dokumentasi atau karya pribadi.
Nah, bagi anda yang selama ini belum mencoba atau
mengabaikan untuk melengkapi tulisan anda dengan ilustrasi gambar atau foto,
tak ada salahnya untuk melengkapinya. Selanjutnya silahkan rasakan atau nikmati
manfaatnya.
***
Solo, Jumat, 30 November 2018
'salam kreatif penuh cinta'
Suko Waspodo
ilustr: Pop Hari Ini