Pertanyaan itu semestinya muncul pada siapa pun yang ingin terlibat dalam kancah perpolitikan di negeri ini, baik sebagai kepala desa, wakil rakyat maupun kepala daerah; apalagi sebagai kepala negara alias presiden. Bukan sekadar modal amunisi materi serta popularitas tetapi juga kecakapan dalam kepemimpinan, diplomasi serta strategi politik dan tak kalah pentingnya adalah memiliki kepekaan serta kepedulian atas kebutuhan serta kepentingan rakyat. Inilah benchmark terpenting bagi calon pemimpin negara di mana saja, termasuk di Indonesia kita tercinta ini juga tentunya.
Secara khusus kita cermati tentang para capres-cawapres kita tahun ini, siapakah yang seungguhnya telah dan sedang bekerja nyata untuk rakyat? Siapa pula yang hanya sekadar menjual janji manis dan menakut-nakuti rakyat?
Prabowo-Sandi akan kita ulas lebih dahulu, karena sebagai penantang petahana kita layak tahu bagaimana keunggulannya. Dalam hal penampilan fisik okelah, Prabowo terkesan kekar, wajar karena mantan tentara. Kemampuan berpidatonya juga keren walau tidak otentik karena meniru gaya Bung Karno. Namun tak bisa disembunyikan juga karena faktor usia dan pernah stroke, kadang gagap bicaranya. Sandiaga Uno pasti tak diragukan lagi, muda keren dan idaman emak-emak wangi.
Dalam hal amunisi materi pasti kita semua tahu, mereka berdua adalah pengusaha kelas kakap. Penguasaan lahan dan kekayaannya pasti sangat berlimpah.
Dalam hal kepekaan dan kepedulian terhadap kepentingan rakyat pasangan 02 ini belum punya prestasi sama sekali. Yang paling populer tentu adalah bagaimana perlakuan tidak adil Prabowo terhadap karyawan di perusahaannya serta kegagalan Sandiaga Uno dalam hal Oke-Oce di DKI.
Pemimpin perlu memiliki sikap tegas dan konsisten tapi apa yang kita jumpai tentang sikap mereka terhadap HTI, kasus Ratna Sarumpaet, Buni Yani dan Ahmad Dhani? Cuci tangan demi aman. Sikap ksatria itu hanya ada dalam janji Prabowo di Militer. Bahkan dalam hal ini pun kita semua tahu apa yang tekah dia perbuat saat peristiwa penggulingan Soeharto pada tahun 1998.
Sebagai pemimpin yang mestinya optimis, pasangan 02 ini justru menunjukkan sikap-sikap yang pesimis tentang masa depan negeri ini. Rakyat yang mestinya mempunyai bayangan masa depan yang lebuh baik tetapi justru diberi gambaran tentang masa depan negeri ini yang akan hancur.
Seorang calon pemimpin yang baik adalah yang dikelilingai oleh orang-orang dengan perilaku dan itikad baik. Apa yang kita lihat dengan Fadli Zon, Mardani Ali Sera, Hidayat Nur Wahid, Fahri Hamzah, Neno Warisman dan masih banyak yang lain lagi? Apa yang selama ini mereka gembar-gemborkan dan lakukan? Kita sebagai rakyat yang kritis pasti sudah paham bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak patut diteladani
Selanjutnya bagaimana dengan Jokowi-Ma'ruf Amin? Pasangan ini memang secara penampilan fisik memang tidak gagah dan fashionable. Joko Widodo posturnya kerempeng, namun dibalik itu menyimpan energi dan stamina yang tinggi untuk terus kerja, kerja dan kerja. Ma'ruf Amin meski sudah sepuh tetapi fisik dan kesehatannya masih prima.
Kemampuan berpidato pasangan 01 ini memang biasa-biasa saja. Jokowi memang bukan tipe orator. Pidatonya cenderung lugas dan bersahaja namun penuh optimisme dan tegas konsisten. Komunikasinya yang sederhana terhadap rakyat membuatnya mudah dimengerti keberpihakannya terhadap rakyat.
Dalam hal amunisi materi memang pasangan 01 ini bukan pasangan pengusaha kelas kakap. Jokowi hanya mantan pengusaha perusahaan meubel. Tidak memiliki lahan tanah yang luas. Rumahnya di kampung, Sumber Solo pasti tidak semegah rumah Prabowo atau Sandi. Amunisi Jokowi-Ma'ruf adalah dukungan relawannya yang luar biasa. Mereka rela berkorban jiwa dan raga.
Tentang kepekaan terhadap kepentingan rakyat jelas Jokowi tak perlu diragukan lagi. Rekam jejaknya sebagai orang nomer satu di Solo, DKI Jakarta dan 4 tahun lebuh sebagai presiden RI sudah membuktikan itu. Nyaris tak ada catatan cela tentang kepemimpinannya. Tak hanya sekadar harum di ibukota atau pulau Jawa saja namun di seluruh negeri kepulauan ini. Ma'ruf Amin juga merupakan figur pemimpin umat yang mumpuni, terbukti dalam kepemimpinannya di MUI.
Sebagai pemimpin yang optimis alias pemberi semangat bagi rakyat, Jokowi sudah membuktikan juga dengan sepak terjangnya. Semua yang dikerjakannya hanya untuk kepentingan rakyat serta kemajuan negeri ini.
Jokowi juga memberi contoh bagaimana dia membangun komunitas kepemimpinan dengan dikelilingi oleh orang-orang yang punya sikap dan pikiran positif, pekerja keras, baik di lingkup lingkar dalam kabinetnya maupun di lingkar luar kepemimpinannya. Ini merupakan tatanan kepemimpinan yang layak dipercaya oleh rakyat.
Kembali ke pertanyaan sebagai judul ulasan ini, maka memang hanya Jokowi dan Ma'ruf Amin yang paling memahami kehendak rakyat. Mereka yang seharusnya menjadi pasangan pemimpin negeri ini pada periode 2019-2024. Rakyat butuh kesejahteraan nyata, kemajuan nyata dan kedaulatan nyata bukan sekadar janji-janji manis penuh dengan sikap pesimis.
Hanya rakyat yang cerdas dan sadar kemajuan serta butuh kesinambungan kesejahteraan yang pasti akan memilih pasangan 01. Sebaliknya hanya mereka yang ingin kemunduran dan bahkan kehancuran negeri ini yang akan memilih pasangan 02.
Salam Indonesia Maju. Merdeka !
***
Solo. Rabu, 27 Februari 2019. 4:36 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: shutterstock
0 comments:
Posting Komentar