Menulis puisi sesungguhnya memang memberi kenikmatan tersendiri. Ada banyak orang yang mengatakan bahwa menulis puisi itu sulit. Namun sesungguhnya tidak sesulit yang dibayangkan, karena format puisi adalah penulisan yang sangat memberi kebebasan.
Dalam puisi kita boleh menulis dengan format yang kita suka sesuai imajinasi kita. Tidak ada aturan formal tentang tanda baca, huruf kapital atau kecil, bentuk paragraf dan sebagainya. Karena pusi sekarang cenderung dalam aliran bebas. Tidak melulu harus berpantun dan dengan jumlah baris yang ketat.
Memang semua tergantung pilihan kita. Ada penulis yang suka dengan gaya seperti berpantun, ada yang suka dengan rima yang rapi dan indah, namun tidak sedikit yang lebih menganut kebebasan. Bahkan sekarang ada cara penulisan puisi yang seperti menulis cerpen.
Tema puisi bisa dari apa saja yang kita jumpai atau muncul dalam imajinasi kita. Tetapi secara secara garis besar biasanya tentang cinta, kehidupan, alam, religi atau kritik. Apa yang kita jumpai atau muncul di imajinasi bisa jadi bahan tulisan kita. Lagi jatuh cinta jadi puisi, ketemu cewek atau cowok yang menarik hati pun melahirkan puisi, lagi sebel jadi puisi, memandang matahari terbit pun tercipta indah puisi, romantis cahaya senja jadi puisi, menikmati kopi jadi puisi, pengin mengkritik juga bisa lewat puisi. Pokoknya apa pun bisa dijadikan puisi bahkan saat sakit pun bisa jadi ilham puisi. Terlalu banyak kalau harus disebutkan di sini tentang apa saja yang mampu melahirkan puisi.
Untuk semakin mengasah ketajaman imajinasi dan saling menginspirasi tentu sebaiknya kita juga menikmati karya-karya orang lain. Di Kompasiana ini paling ramai setiap waktu adalah penulisan di rubrik puisi. Banyak sekali kompasianer yang sangat aktif menulis puisi. Mereka mungkin boleh kita duga berprinsip tiada hari tanpa puisi. Berbagai tema dan ragam puisi bisa kita nikmati dari karya-karya dahsyat mereka.
Era media informasi dan komunikasi digital ini memang sangat merangsang kita untuk berekspresi bebas khususnya lewat puisi. Jejak digital yang nyaris sulit terhapus justru membuat kita terpacu untuk terus menulis karena tulisan kita seolah menjadi karya yang abadi tersimpan di dunia maya.
Daripada hanya sekadar membuat status atau cuitan kecil di facebook atau twitter, mungkin lebih baik kita ungkapkan dalam bentuk puisi. Rasanya lebih bergengsi dan yang pasti lebih menarik.
Mengawali sesuatu memang kadang terasa sulit dan merasa tidak percaya diri, termasuk dalam menulis puisi. Tetapi apa yang kita rasa sebagai tulisan (kalau belum mau dianggap puisi) jelek dalam penilaian oleh pikiran kita belum tentu jelek bagi pikiran pembacanya. Sering tulisan yang kita merasa hanya sederhana dan sepele ternyata menginspirasi dan bahkan mencerahkan bagi orang lain.
Jangan pernah ragu untuk memulai menulis, khususnya puisi. Sekali kita mencoba dan menikmatinya maka kita akan kecanduan untuk berpuisi. Selamat mencoba.
***
Solo, Jumat, 1 Maret 2019. 10:34 am
'salam kreatif penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: buruan.co
0 comments:
Posting Komentar