Saat kita berpisah, hanya engkau yang aku pikirkan. Aku rindu melihat tatap mata dan senyummu. Mata yang berkilau seperti permata berharga. Senyum yang menerangi hatiku dengan sukacita dan cinta, seperti Terang Dunia yang bersinar dari surga.
Aku ingin menggenggam tanganmu. Hanya sedikit sentuhan menghangatkan jiwaku pada hari terdingin. Aku ingin mendekapmu dalam pelukanku. Lengan yang memberi aku rasa aman, bahwa tidak ada yang bisa mengambilmu dariku. Aku ingin mencium bibirmu yang merekah. Bibir semanis madu yang meledak dengan gairah.
Maafkan aku jika saat kita bersama, aku tidak mampu berhenti mengagumi kecantikan ilahimu. Meskipun engkau tidak memberitahuku bahwa engkau mencintaiku. Aku tahu seperti apa rupa dan rasanya cinta.
Aku melihat cinta bersinar di matamu. Aku merasakan cinta di tanganmu yang hangat. Serta gemetar ciumanmu. Engkau mungkin belum yakin bahwa engkau mencintaiku, tetapi aku tidak ragu engkau melakukannya.
Aku sering berpikir bahwa aku lelaki paling beruntung di dunia, tetapi Tuhan terus mengingatkan aku bahwa tidak demikian. Itu adalah berkah-Nya, bukan sekadar keberuntungan bagi aku untuk memiliki bidadari seperti engkau.
***
Solo, Sabtu, 18 Juli 2020. 8:48 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
painting by Jeremy Mann
0 comments:
Posting Komentar