Kalau ada orang mengatakan kepada kamu: “Eh, kamu suka berpikir negatif ya!” Pasti kamu langsung mencak-mencak, marah banget. Rese
banget orang itu. Soalnya, orang baik-baik dituduh sembarangan.
Menyebalkan. Pasti rasanya ingin menghapus orang itu dari kehidupanmu.
Tapi cobalah bersabar. Cobalah untuk duduk tenang dan pikirkan
tindakanmu itu. Dengan ingin menghapus orang itu dari kehidupanmu sudah
menandakan bahwa kamu berpikir negatif terhadap orang lain. Padahal ucapan orang lain itu mungkin hanya main-main bukan tuduhan.
Sekarang cobalah
layangkan fantasimu ke hidup sehari-hari. Misalnya kalau kamu sedang
kena migrain. Pasti rasanya seluruh tubuhmu ikutan sakit, bahkan
orang-orang dan benda-benda di sekitarmu kamu anggap sakit juga.
Contoh lain lagi,
kalau kamu sedang mengerjakan sepuluh soal ujian matematika. Selesai.
Lalu menyusul hasilnya dibagikan, dan kamu mendapat nilai tujuh karena
ada tiga soal yang salah jawabannya. Langsung saja kamu akan terus
memperhatikan jawaban yang salah itu. Bahkan mungkin kalau kamu cengeng,
kamu pasti menangis, merasa bego dan menyesal tidak mendapat nilai
sepuluh.
Kita seringkali secara tidak sadar berpikir negatif, segala hal dilihat dari sisi negatif-nya. Dalam banyak hal, tampaknya kita secara sosial terbelenggu dalam sisi negatif kehidupan kita (padahal tidak semua harus negatif
kan?). Kalau ada sepuluh hal yang berjalan dengan baik dan ada satu
yang salah, perhatian kita cenderung tertuju pada yang satu itu, yang
salah itu. Terlalu banyak orang yang percaya bahwa cara bersikap yang
realistis dan rasional adalah dengan memusatkan perhatian pada hal-hal
yang salah, namun sebenarnya mereka tidak mengerti akibatnya alias efek
sampingannya dari sikapnya yang demikian itu.
Apa akibatnya?
Waaahh….bisa menyeramkan! Seluruh hidupmu bisa jadi kelabu. Kalau sudah
begini repot, segala kreativitasmu akan hilang, terpendam hal-hal
negatif yang kamu lihat di sana-sini. Pokoknya dengan berpikir negatif, kamu pun akan menarik hal-hal yang negatif
datang ke kamu dan menjadi sahabatmu. Mengapa bisa demikian? Tentu saja
bisa, misalnya, kalau kamu terus dilanda ketakutan dan membayangkan di
sudut gudang yang gelap itu ada hantu, secara psikologis fantasimu yang intens itu bisa menjadi kenyataan.
Kamu tentu sudah bertanya-tanya apa resepnya alias kiat-kiatnya menyingkiri negative thinking itu. Jawabannya gampang saja, yakni: berpikirlah positif atau milikilah positive thinking.
Dengan berpikir positif
kamu akan keluar dari berbagai macam kesulitan yang sering
membelenggumu dan duniamu akan menjadi cerah. Nah, kiat-kiatnya ada di
sini:
Ucapkanlah terima kasih atas segala yang kamu hadapi dan kamu terima. Sikap berterima kasih (bersyukur) ini akan membuatmu berpikir positif tentang segala hal, artinya: melihat segala hal dari sisi positifnya dan mengambil hikmahnya.
Dengan sikap penuh terima kasih ini kamu akan dapat berkata: “Ah …tangan, kaki, dan perutku masih sehat, syukurlah”; waktu kamu terkena migrain. Atau: “Tujuh soal matematika ini dapat kukerjakan dengan baik, syukurlah, next time better”,
saat kamu mendapatkan tiga dari sepuluh jawaban soal ulanganmu salah.
Atau: “Ah … goresan lipstik pada gaun putihku ini hanya menodai sebagian
saja dari gaun malamku ini, syukurlah, kan bisa dicuci, dan
aku sekarang pakai yang lain saja, toh tidak kalah bagusnya”; waktu kamu
terburu-buru mau berangkat ke pesta.
Mungkin kalau kamu bersikap demikian kamu akan dianggap sedikit kurang beres oleh teman-temanmu. Don’t worry! Terus saja pada keyakinanmu. Mungkin mereka belum tahu akibat berpikir negatif yang mengerikan itu. Dengan sikap penuh syukur
langkah hidupmu akan menjadi lebih ringan dan kamu pasti bisa
menghadapi segala kesulitan yang menghadang hidupmu itu dengan lebih
tenang dan tidak gegabah. Inilah salah satu keuntungan dari positive thinking.
Keuntungan lain dari
sikap ini adalah berkembangnya kreativitasmu, karena kamu dapat melihat
bahwa di mana-mana ada banyak hal yang bisa kamu kerjakan. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 29 Juli 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar