[ Cermin ]
Sudah pukul tiga sore lebih aku
baru pulang sekolah. Maklum semenjak menginjak kelas IX selalu saja ada
pelajaran tambahan. Baik pelajaran tambahan yang diselenggarakan oleh sekolah
maupun di Bimbel yang harus aku ikuti atas anjuran ortu. Tiada hari tanpa tambahan
pelajaran, demi untuk lulus Ujian Nasional
SMP dengan nilai yang baik. Hari-hari sekolahku jadi semakin membosankan dan
bikin bete.
Tanpa berganti pakaian
sehari-hari dulu dan hanya meletakkan tas serta melepas sepatu, langsung aku
nyalakan PC dan online saling berkicau dengan teman di twitter. Kicauan masih
berkisar tentang UN serta teman-teman maupun aku sendiri yang berharap UN
dihapus.
“Taniaaaaa…!”, suara panggilan
cempreng mama memecah keasyikanku berkicau dengan teman-teman.
“Ya ma…”, jawabku seraya beranjak
menuju kamar mama.
“Mengapa kamu tidak segera
berganti pakaian, makan siang lalu beristirahat? Malahan internetan terus”,
seperti biasa mama selalu penuh aturan yang kadang membuat aku jenuh.
“Sebentar dong ma, masih kenyang
danTania bete nih dengan aktifitas belajar-belajar dan belajar terus. Tania kan juga butuh
refreshing dengan teman-teman. Apalagi kan Tania tidak keluar rumah dan hanya
ngobrol dengan teman lewat twitter”, aku mencoba membela diri.
Sambil menyelesaikan make up nya
dan merapikan pakaiannya, mama melanjutkan cecarannya, “Kalau begitu ayo kamu
segera mandi dan belajar. Kamu harus menempuh UN minggu depan kan? Mama ingin
kamu lulus dengan nilai yang bagus dan nanti bisa masuk ke SMA negeri favorit.
Mama akan ke acara pertemuan arisan ibu-ibu PKK. Sepulang Mama dari arisan kamu
harus sudah mulai belajar.”
“Ya..ya…ya”, jawabku kesal sambil
aku beranjak menuju ke kamarku untuk bersiap mandi sore. Sementara mama
berangkat ke acara arisan ibu-ibu PKK yang diadakan di rumah tetangga yang
tidak terlalu jauh.
Selesai mandi aku pun dengan taat
memulai aktifitas belajar tapi mumpung mama tidak di rumah maka aku belajarnya
sambil menonton acara televisi. Segepok LKS aku bawa ke ruang keluarga dan
sambil menonton acara infotainment di TV aku buka-buka LKS walaupun sebenarnya
aku males.
Karena habis mandi badanku memang
jadi seger dan nyaman untuk belajar tapi karena seharian tadi pelajaran di
sekolah dan tambahannya begitu padat maka membuat aku jadi capek dan terkantuk-kantuk di depan TV. Dari
stasiun TV yang satu aku pindah ke stasiun TV yang lain manakala ada selingan
iklannya. Di stasiun TV yang sedang acara berita isinya selalu masalah
pelaksanaan UN SMA yang amburadul. Sambil terus memegang remote controller TV
mataku semakin berat.
Tiba-tiba muncul acara berita
Breaking News di salah satu stasiun TV. Berita yang sungguh mengejutkan dan
sekaligus menggembirakan aku. Presiden SBY mengumumkan penggantian Mendikbud
dan menghapus pelaksanaan UN. Waaaahhh dahsyat nih presidenku yang ganteng ini
tumben mengambil langkah kebijakan yang bagus. Paling tidak bagus untuk aku
yang sebel dengan adanya UN. Dia menjelaskan tentang kerja Kemendikbud yang
tidak profesional dan menyikapi situasi masyarakat yang berkembang terkait
masalah keterlambatan pelaksanaan UN di 11 propinsi. Aku berteriak-teriak
kegirangan dan menari-nari di depan pesawat TV. Tidak jadi UN. Tidak jadi UN.
Tidak jadi UN.
“Taniaaaaa…ayo banguuuunn,” mama
mengguncang badanku dan membangunkan aku yang tertidur di sofa di depan pesawat
TV. “Mama suruh belajar koq malah menonton TV?. Ayo kita makan malam dulu dan terus kamu lanjutkan
belajar yang bener di meja belajarmu.”
“Mama tidak perlu terlalu cemas
lagi dengan UN, kan sudah dihapuskan dan bahkan Mendikbud akan diganti”, aku
mencoba menjelaskan ke mama dalam situasiku yang belum sadar penuh dari tidurku
tadi.
“Siapa bilang dihapuskan? Sana
cuci muka lagi dulu biar kamu bangun betul. Tidak mungkinlah SBY menghapus UN
dan mengganti Mendikbud. Mimpi kaleeeee!”, kata mama sambil memonyongkan bibir
sexy nya. Aku pun terhenyak di sofa sambil merapikan LKS yang bertebaran dan
memungut remote controller yang terjatuh saat aku tertidur tadi.
***
Solo, Rabu, 17 April 2013. 18.09.
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar