Welcome...Selamat Datang...

Minggu, 22 September 2013

Menjadi Kreatif berarti Berani Mengambil Risiko

Meninggalkan jalan yang sudah lancar lalu masuk menjelajahi hutan kreativitas berarti meninggalkan hal yang sudah biasa, yang sudah diketahui, dan selanjutnya bercumbu dengan hal yang baru, yang belum diketahui. Bagi orang-orang kreatif, mengambil risiko, nyrempet-nyrempet bahaya merupakan cara hidup yang biasa.

Untuk memahami langkah mengambil risiko, kita harus mengetahui macam-macamnya. Secara umum kita mengenal 4 macam risiko: fisik, finansial, intelektual dan hubungan dengan orang lain.

Risiko Fisik

Risiko fisik harus dihadapi oleh orang-orang kreatif dalam bidang seperti: balap motor, balap mobil, menyelam, bermain ski, mendaki gunung.

Keuntungannya. Jika berhasil, mengalami getaran hati yang menggembirakan karena menghadapi tantangan dan berhasil mengatasi; dimasukkan ke dalam golongan orang-orang pemberani; bertambahnya kepercayaan diri yang diakibatkan oleh kesadaran bahwa mampu mengatasi situasi berat dan sulit.

Kerugiannya. Jika gagal, dapat terluka, cacat tubuh, bahkan mati. Kerugian itu perlu dipertimbangkan sebelumnya. Mengambil risiko, bukan berarti bertindak bodoh tanpa membuat perhitungan.

Risiko Finansial

Risiko finansial, keuangan, adalah bertaruh dengan uang, pekerjaan, karier, seperti memulai usaha baru, meninggalkan pekerjaan, berganti profesi, memperbesar usaha dagang. Dengan itu, kita menempatkan keamanan finansial modal, dan uang simpanan kita di bank berada dalam bahaya.

Keuntungannya. Jika kita berhasil, gaji bertambah besar, uang bertambah banyak, gengsi naik, kedudukan lebih tinggi, kehormatan meningkat. Kalau sukses dalam berganti pekerjaan, pada keuntungan finansial itu, masih ditambah dengan terbukanya kemungkinan baru, meluasnya cakrawala kehidupan, dengan kemungkinan perkembangan bakat-bakat yang sampai saat itu belum mendapat perhatian.

Kerugiannya. Jika gagal, kehilangan uang, pekerjaan, karier, dan rasa aman secara finansial. Akibatnya kesedihan yang berkepanjangan, hidup susah dan mungkin harga diri digerogoti.

Risiko Intelektual

Risiko intelektual terjadi, pada waktu mengambil tindakan yang menyangkut perubahan pikiran dalam bidang politik, pandangan hidup, cara dan gaya hidup, status hidup, moral, agama.

Keuntungannya. Jika berhasil, kegembiraan karena mendapat pikiran-pikiran yang segar dan baru, mampu mandiri, dan siap menyesuaikan diri dalam situasi hidup yang lain.

Kerugiannya. Jika gagal, dianggap bodoh, kehilangan reputasi, rasa tidak aman karena sudah meninggalkan pikiran-pikiran lama, tetapi pikiran-pikiran baru belum jalan. Pikiran-pikiran baru belum tentu dapat bertahan.

Risiko dalam Hubungan dengan Orang Lain

Risiko itu menyangkut keberanian untuk membuka diri bagi orang lain: berkenalan dengan orang baru, melibatkan diri lebih dalam dengan kenalan, membentuk persahabatan baru.

Keuntungannya. Jika berhasil, jumlah teman bertambah, lingkungan kenalan bertambah luas, persahabatan dengan orang bertambah dalam.

Kerugiannya. Jika gagal, ditolak orang, mendapat malu, harga diri terusik.

Mengambil Risiko Tahap Demi Tahap

Untuk menghayati hidup kreatif, kita harus bertaruh, mengambil kesempatan, bereksperimen, dan ber’main-main’.

Ini tidak berarti asal mengambil risiko. Kita harus membuat pertimbangan. Mungkin pedoman ini berguna: “Dalam hal-hal di mana kita mampu menanggung kerugian, sebaiknya kita sering mengambil risiko. Dalam hal-hal di mana dapat terjadi malapetaka, sebaiknya kita jarang mengambil risiko.”

Seni mengambil risiko, seperti seni-seni lain, perlu dipelajari. Kita mulai dulu dari masalah-masalah kecil, di mana jika gagal, kerugiannya tidak banyak dan kita mampu menanggung konsekuensinya. Kalau berhasil dalam satu masalah, kita mengambil risiko dalam masalah yang sedikit lebih besar. Demikian seterusnya. Dengan latihan ini lama-kelamaan feeling kita terlatih: dalam masalah apa dan kapan kita boleh mengambil risiko, dalam masalah apa dan kapan kita sebaiknya tidak bermain-main dengan risiko.

Kita dapat siap menghadapi risiko, apabila kita menyiapkan diri dengan baik dan mengumpulkan informasi lengkap tentang masalahnya. Untuk mendaki sebuah puncak gunung, sungguh bodoh kalau kita begitu saja mulai tanpa persiapan fisik, informasi, teknis, keterampilan mendaki, logistik, obat-obatan dan pembentukan regu yang kompak. Ini sama saja dengan bunuh diri.

Bagaimanapun juga, jika kita hendak memperluas cakrawala dan pengalaman hidup, kita harus berani mengambil risiko. Tidak ngawur, tetapi diperhitungkan. Tidak asal, tetapi dipersiapkan masak-masak.

Demikianlah tulisan kecil ini hanya sekedar sharing untuk meningkatkan kreatifitas kita. Semoga bermanfaat.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Sabtu, 27 Juli 2013
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar