Tito akan belajar, besok ada ulangan Kimia yang rumit-njlimet.
Belum lagi bu Nunik, guru kimianya, orangnya judes dan mukanya asem
terus seperti asam sulfat. Kalau siswa-siswinya dapat nilai merah,
matanya melotot keluar, seolah-olah mau melarutkan siswa atau siswi
oknum itu dalam asam khlorida. Kembali ke Tito, dia lagi akan mulai
belajar, teman-temannya pada datang dan mengajak dia main ke mall dan
sekaligus nonton film superhero yang lagi laris-larisnya. Tentu saja,
wajah pemeran Man of Steel lebih menarik Tito daripada bu Nunik yang asem mukanya itu. Tito langsung mengucapkan goodbye
pada buku-buku kimianya. Langsung cabut, nonton film. Pulangnya malam,
badan capek, ngantuk. Tapi di meja rumus-rumus reaksi kimia masih
menanti Tito. Tito kebingungan, lalu ambil jalan pintas. Mengapa
susah-susah belajar. Ia mengambil kertas kecil lalu disalinnyalah
seluruh rumus penting dengan rapi. Besoknya di kelas ia selipkan kertas
kecil itu di ikat pinggangnya. Beres, pikirnya. Ternyata soal-soal
ulangan direkayasa sedemikian rupa oleh bu Nunik, sehingga siswa-siswi
harus berpikir cepat, kreatif dan hafal banyak rumus.Tito gelagapan,
berkeringat dingin, dia tidak paham dengan soal-soal itu, ia sibuk
mencari rumus yang pas pada kertas contekannya itu. Nah, bu Nunik yang
gerak bola matanya melebihi kecepatan reaksi nuklir itu langsung
menangkap basah Tito. Tentu saja kertas ulangannya langsung dapat gambar
telor merah, besar sekali.
Ada satu contoh kisah lain lagi. Mirna suatu kali putus cinta dengan pacarnya yang cowok Boys Band yang imut luar biasa. Susah mendapatkannya, sekarang malahan putus. Hancur lebur perasaannya dan sakit hatinya. Apalagi sekarang ia sering melihat cowok Boys Bandnya itu selalu bergandengan tangan kemana-mana dengan cewek Girls Band
yang masih baru. Merasa diri dicampakkan dan tak berarti lagi, Mirna
minum obat tidur sekaligus 10 butir. Mengapa bisa begitu ya? Bisa saja,
dunia sudah dipandang Mirna gelap melulu. Jadi untuk mendapatkan “terang
dan tenang” ia mengambil jalan pintas obat tidur over dosis, agar RIP (Rest In Peace). Mengerikan.
Dari peristiwa Tito dan Mirna itu kita berhadapan dengan yang disebut mentalitas jalan pintas, atau istilah kerennya by pass.
Mentalitas jalan pintas dalam menghadapi masalah. Yakni suatu
kecenderungan mengambil jalan pintas dalam berusaha dan dalam memecahkan
masalah.
Berani Mengambil Masalah
Penangkal mentalitas
ini berbunyi: berani mengambil masalah. Banyak orang kalau menghadapi
masalah malahan lari menghindar. Atau mau segera selesai lewat jalan
pintas. Mungkin kamu juga cenderung demikian. Memang kamu bisa mengambil
jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah, tetapi jalan yang
terbaik bukan harus jalan pintas. Kebanyakan masalah perlu diselesaikan
secara bertahap, tidak bisa langsung begitu saja.
Banyak orang takut
menghadapi masalah. Mengapa harus takut? Satria-satria abad-abad yang
telah lalu menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi masalah. Entah
itu dalam hal perang membela kebenaran, contohnya: Jeanne d’Arch
(pahlawan puteri dari Perancis). Entah itu dalam hal ilmu (listrik),
contohnya: Thomas Alpha Edison. Entah itu dalam hal penemuan (kimia),
misalnya: Marrie dan Pierre Currie. Entah itu dalam bidang filsafat
hidup, umpamanya: Yudhistira yang sangat jujur. Dan masih banyak lagi.
Masalah yang mereka hadapi tidak ringan tetapi mereka punya keberanian
untuk menghadapinya, tidak cepat takut atau menghindar, sungguh tahan
uji dan tidak mengambil jalan pintas.
Kamu tidak perlu
merasa takut. Manusia mana yang bisa lepas bebas dari masalah? Tidak ada
kan? Sebenarnya berat ringan masalah itu tergantung dari cara kamu
memandangnya. Maka bermentallah ksatria, berani. Berani menghadapi dan
menyelesaikan masalah step by step, bertahap. Apabila demikian kamu akan menjadi tangguh. Hidupmu masih terbentang luas, tidak usah mengambil jalan pintas.
Mari kita jalani hidup ini dan menghadapi segala masalah yang mungkin terjadi sehingga kita menjadi pribadi yang tahan uji.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Sabtu, 20 Juli 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar