Semasa kecil, ketika aku sudah mulai mampu membaca dengan lancar aku
sangat gemar membaca komik dongeng anak-anak karangan HC Andersen.
Hampir semua dongeng karangannya sudah kubaca semuanya sebelum aku
lulus SD. Kesenangan membaca komik dongeng anak-anak selesai.
Menginjak
usia remaja SMP, komik cerita silat dan cerita petualangan Old
Shatteredhand menjadi kesenangan setiap hari ada waktu luang untuk
membaca. Majalah remaja tentang musik dan gaya hidup menjadi bacaan lain
yang menyenangkan pula.
Pada usia remaja SMA aku tidak lagi
terlalu menyenangi komik cerita silat melainkan mulai menyukai bacaan
novel; mulai dari novel remaja cerita cinta anak SMA sampai dengan
cerita percintaan aktivis kampus serta novel-novel terjemahan yang lebih
berbobot. Kesenanganku telah berganti lagi.
Saat masa kuliah
bacaan mulai berubah ke buku biografi para tokoh berpengaruh, buku
pengembangan kepribadian serta filsafat. Surat kabar dan majalah politik
menjadi kesenangan bacaku yang baru juga. Di era ini pula aku mulai
terlibat di aktivitas sosial baik di dalam kampus maupun di luar
kampus. Kegiatan bersama orang muda menjadi sesuatu yang sangat
membahagiakan.
Waktu terus berjalan, era terus berganti dan
kesenanganku senantiasa berubah. Kesenangan terhadap sesuatu senantiasa
tidak pernah abadi. Kesenangan menikmati sesuatu yang berbeda dari
sebelumnya selalu terus muncul dan berubah setiap kali muncul kesenangan
terhadap sesuatu yang baru. Semua itu kalau dituruti terus ternyata
tidak ada habisnya. Kesenangan memang hanya kenikmatan sesaat.
Kesenangan
(baca kenikmatan) memang bisa aku peroleh dengan hal-hal yang baru yang
aku coba raih dengan uang yang aku miliki. Tetapi aku bisa bosan dan
meninggalkannya saat aku sudah merasa tidak senang dan tidak nikmat
lagi. Ada handphone atau perangkat elektronik baru ingin
membeli dan menikmatinya, saat sudah tercapai dan menikmati beberapa
saat sudah bosan dan tidak menyenangkan lagi. Ternyata kesenangan memang
tidak identik dengan kebahagiaan.
Kebahagiaan aku alami setiap
kali aku terlibat di kegiatan dan pendampingan orang muda seperti saat
masih kuliah. Tidak memberi kenikmatan (kesenangan jasmaniah) namun
membahagiakan (batiniah). Kesenangan bisa aku beli tapi tidak pernah
bisa aku ulang pengalaman kesenanganku. Pengalaman kesenangan pada masa
lalu ternyata hanya bisa terjadi pada masa lalu dan tidak bisa
menyenangkan lagi pada masa kini.
Sedangkan pengalaman
membahagiakan, menjadi berguna bagi orang lain khususnya pendampingan
orang muda saat masih mahasiswa, terus menjadi sesuatu yang paling
membahagiakan dan terus aku ulang hingga saat ini. Kebahagiaan terus
bisa aku ulang aku alami walau sering tanpa harus mengalami kenikmatan
(kesenangan jasmani). Kebahagiaan tidak harus dan tidak mungkin dialami
dengan membelinya.
Aku mampu membeli kesenangan namun aku tidak akan mampu membeli kebahagiaan. We can buy ice cream but we cannot buy happiness.
Salam hangat penuh cinta
***
Solo, Selasa, 9 Januari 2018
Suko Waspodo
https://www.kompasiana.com/sukowaspodo_99/5a549255f133447d0926b0f2/we-can-buy-ice-cream-but-we-cannot-buy-happiness
ilustrasi: DeccanChronicle doc.
0 comments:
Posting Komentar