Kejujuran merupakan dasar dari setiap usaha untuk menjadi pribadi
kuat secara moral. Tiada kejujuran, kita sebagai manusia tidak akan
mungkin mampu untuk maju selangkah pun karena kita belum berani menjadi
diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia-sekata dan itu berarti
bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap yang lurus.
Pribadi
yang tidak lurus tidak mengambil dirinya sebagai titik tolak, melainkan
apa yang diperkirakan diharapkan oleh orang lain. Ia bukan tiang,
melainkan bendera yang mengikuti arah angin.
Tanpa kejujuran,
keutamaan-keutamaan moral lain akan kehilangan nilainya. Bersiakap baik
kepada orang lain, namun tanpa kejujuran, adalah kemunafikan dan bahkan
sering beracun.
Begitu pula sikap-sikap terpuji seperti sepi ing pamrih, rame ing gawe
hanya menjadi sarana kelicikan dan penipuan manakala tidak berakar
dalam kejujuran yang jernih. Hal yang sama berlaku pula untuk sikap
tenggang rasa dan mawas diri; tanpa kejujuran dua sikap itu tidak lebih
dari sikap berhati-hati dengan tujuan supaya tidak ketahuan maksud yang
sebenarnya.
Bersikap jujur terhadap orang lain memiliki dua makna, yakni terbuka dan fair.
Pertama, terbuka dalam hal ini bukan berarti bahwa segala pertanyaan
orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang lain
berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran kita. Kita berhak
terhadap diri kita.
Melainkan yang dimaksud terbuka ialah bahwa
kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri. Sesuai dengan keyakinan
kita. Kita tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya.
Kita
tidak menyesuaikan kepribadian kita dengan harapan atau keinginan orang
lain. Memang dalam segala sikap dan tindakan kita hendaknya tanggap
terhadap kebutuhan, kepentingan dan hak orang-orang yang berhadapan
dengan kita. Kita tidak bersikap egois belaka. Kita seperlunya bersedia
untuk mengorbankan suatu kepentingan kita demi orang lain.
Tetapi
kita melakukannya bukan sekedar untuk menyesuaikan diri, karena malu
atau takut, melainkan sebagai diri kita sendiri, karena kita sendiri -
dengan sikap moral yang otonom - menilai bahwa memang wajar dan tepat
kalau kita memberikan pengorbanan itu. Kita tidak lari dan tidak perlu
pula pasang kedok, kemudian apabila perlu kita menolak permintaan orang
lain dengan tenang. Singkatnya, terbuka berarti orang boleh tahu siapa
kita ini.
Kedua, terhadap orang lain pribadi jujur bersikap wajar atau fair;
dia memperlakukannya menurut ukuran-ukuran yang diharapkannya
dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Dia menghormati hak orang
lain, dia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga terhadap orang
yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya.
Dia tidak pernah akan
bertindak bertentangan dengan suara hati atau keyakinannya. Keselarasan
yang berdasarkan kepalsuan, ketidakadilan serta kebohongan akan
dihindari atau bahkan dilawannya.
Namun perlu kita sadari bahwa
kita hanya dapat bersikap jujur terhadap orang lain, jika kita jujur
terhadap diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita terutama harus
berhenti membohongi diri kita sendiri. Kita harus berani melihat diri
secara apa adanya. Kita harus berhenti bersandiwara, bukan hanya
terhadap orang lain, melainkan juga terhadap diri kita sendiri.
Kita harus melawan kecondongan untuk berasionalisasi, menghindari show
dan pembawaan berlebihan. Pribadi jujur tidak perlu mengkompensasikan
perasaan minder dengan menjadi otoriter dan menindas orang lain.
Sesungguhnya
pribadi yang tidak jujur senantiasa berada dalam pelarian; dia lari
dari orang lain yang ditakuti sebagai ancaman, dan dia lari dari dirinya
sendiri karena tidak berani menghadapi kenyataannya yang sebenarnya.
Maka kejujuran membutuhkan keberanian. Keberanian untuk berhenti
melarikan diri dan selanjutnya menjadi diri sendiri.
Berani untuk
melepaskan kedok-kedok yang kita pasang dan untuk menunjukkan diri kita
apa adanya. Begitu kita berani berpisah dari kebohongan, perisai
ketakutan kita, kita akan mengalami sesuatu yang amat menggairahkan;
kekuatan batin kita bertambah. Meskipun lemah, kita tahu bahwa kita
kuat. Dipermalukan pun kita tidak patah atau menyerah. Maka sungguh
penting agar kita mulai menjadi pribadi yang jujur.
Salam hangat penuh cinta.
***
Solo, Jumat, 5 Januari 2018
Suko Waspodo
https://www.kompasiana.com/sukowaspodo_99/5a4f2d7d16835f1917045722/memaknai-kejujuran
Ilustrasi: navrasyaskia
0 comments:
Posting Komentar