Di era komunikasi modern saat ini sungguh hal yang tidak sulit untuk
pencitraan. Pencitraan dalam pengertian membangun citra maupun menjaga
citra. Pencitraan di dunia politik negeri ini sering dikonotasikan
dengan hal-hal yang negatif. Padahal pencitraan sejatinya adalah
bermakna positif. Manusia diciptakan merupakan citra atau gambaran dari
kehendak Allah. Tetapi dalam tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas
tentang citra Allah melainkan citra dalam perpolitikan di Indonesia,
secara khusus pemerintahan Jokowi.
Di era Orde Baru pencitraan
dalam dunia politik memang tidak begitu terlihat karena politik sangat
didominasi oleh pemerintah yang didukung mayoritas tunggal Golkar.
Namun pasca Orde Baru, khususnya era pemerintahan SBY, banyak yang
menilai sarat dengan pencitraan yang dikonotasikan negatif. Penonjolan
diri maupun partai sebagai yang hebat namun sesungguhnya terbukti
sebaliknya. Usai pemerintahan SBY banyak kasus korupsi dan proyek
mangkrak terkuak.
Saat ini, era pemerintahan Presiden Joko
Widodo tuduhan dan celaan dengan tuduhan pencitraan negatif juga masih
terjadi. Blusukan, bagi-bagi hadiah, berpakaian sederhana dianggap
pencitraan (negatif). Resuffle kabinet demi kinerja yang lebih baik
dipersoalkan. Jembatan ambrol, padahal dibangun jaman pemerintahan yang
terdahulu, Jokowi yang disalahkan. Bencana alam, Jokowi juga yang
disalahkan. Dan masih banyak contoh lain lagi.
Pencelaan memang
paling banyak terjadi di media sosial. Oleh mereka yang asal saja
membuat tulisan atau status tanpa dasar yang jelas. Asal membuat
pernyataan padahal mereka tidak pernah berperan apa pun yang positif di
pemerintahan saat ini. Perannya hanya umbar celaan tanpa punya ide atau
sumbangsaran nyata.
Para pencela ini kemungkinan besar adalah
mereka yang tidak bisa lagi korupsi. Mereka yang kehilangan
persekongkolan jahat dalam pemerintahan. Mereka yang kehilangan jabatan
di pemerintahan karena tidak memiliki kemampuan kerja yang seirama
dengan ritme kerja Jokowi yang luar biasa tak kenal lelah.
Penilaian
negatif terhadap Jokowi memang paling gencar di media sosial. Media
cetak maupun elektronik yang lain sangat jarang menilai negatif. Kecuali
televisi dan surat kabar tertentu di negeri ini. Padahal media
pemberitaan luar negeri justru selalu menilai positif pemerintahan
Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Pencitraan
dalam pengertian positif sesungguhnya memang diperlukan demi menjaga
citra. Citra mesti dijaga agar senantiasa berkualitas dan berpihak pada
kepentingan rakyat. Salah satu contohnya adalah pembangunan infra
struktur. Membangun infra struktur, terutama di luar Jawa dan daerah
tertinggal, memang bisa saja dianggap pencitraan tetapi pencitraan demi
menjaga citra sebagai pemerintahan yang sungguh berpihak kepada rakyat
kecil.
Memang benar pembangunan tersebut sebagian dibiayai oleh
hutang luar negeri tetapi pasti sudah diperhitungkan bahwa itu sebagai
sarana untuk meningkatkan produktifitas masyarakat yang pada akhirnya
tentu untuk kemandirian bangsa dan negara. Ibaratnya sebuah penataan
bisnis dan bahkan keluarga juga kadang harus berhutang lebih dahulu.
Berhutang sepanjang untuk percepatan pembangunan demi kepentingan rakyat
banyak, bukan merupakan hal yang negatif. Tentu ini berbeda dengan
berhutang tetapi kemudian untuk dikorupsi berjamaah.
Pemerintahan
Jokowi tentu bukannya tanpa salah. Dia bukan Superman. Tak ada orang
yang sempurna. Apakah para pencela adalah orang yang sempurna? Silahkan
merefleksi diri. Berusaha menjadi orang yang baik dan terlebih menjadi
yang terbaik mengutamakan kepentingan rakyat banyak adalah ibadah.
Mencela terus menurus tanpa melihat sisi positif adalah justru
sebaliknya, pasti bukan ibadah.
Pak Jokowi pasti senantiasa
memperhatikan celaan itu. Celaan biarlah menjadi sarana untuk menjaga
citra. Menjaga kualitas diri agar senantiasa memimpin negara ini dengan
semangat pengabdian kepada rakyat yang memberi amanah kepadanya.
Tetap semangat pak Jokowi. Rapopo dicela oleh para pembencimu. Rakyat yang waras mendukungmu. Senantiasa kerja, kerja dan kerja. Buktikan kecintaanmu kepada negeri ini. Gusti ora sare.
Salam hangat penuh cinta.
***
Solo, Kamis, 4 Januari 2018
Suko Waspodo
https://www.kompasiana.com/sukowaspodo_99/5a4dac48bde575111d284232/pentingnya-menjaga-citrailust: legaleraindonesia doc.
0 comments:
Posting Komentar