Dalam hal seksualitas kamu mungkin tidak banyak menerima pengetahuan dari orang tua kamu. Hal ini terjadi karena dua kemungkinan: kamu yang malu menanyakan atau orang tua kamu yang segan memberitahu. Kemudian karena desakan keingintahuan kamu dan gairah masa muda kamu, kamu mencari tahu pada orang yang sebaya, teman-teman kamu. Mereka juga sedang mengalami hal yang sama dengan apa yang kamu alami. Kalau begitu sama saja “orang buta menuntun orang buta”, ya akhirnya nanti sama-sama jatuh. Informasinya pasti hanya setengah-setengah, tidak seimbang (hanya melihat segi syuuuurnya saja), dan mungkin sekali menyimpang.
Masalah seksualitas
adalah masalah yang sangat kompleks (rumit, saling berjalinan) dan
menyangkut banyak hal. Para pakar membahasnya sampai menghasilkan
buku-buku yang tebal. Belum lagi bahasanya para ahli sering njlimet,
memakai istilah-istilah asing yang aneh-aneh. Sebaiknya sekarang kita
melihat masalah-masalah yang langsung berkaitan dengan kamu saja, yang
masih seger-segernya tumbuh menjadi matang dan dewasa itu. Kita
berpegang pada prinsipnya dan selanjutnya terserah kamu.
Pertama,
masalah ini peka sekali bagi kamu-kamu. Jujur saja, kalau kamu
mendengar kata “seks”, pasti telinga kamu langsung terangkat, mata
terbuka lebar, lalu deg-deg an, ingin dengar lebih lanjut, ingin dapat info banyak-banyak. Itu hal yang wajar terjadi. Kamu dalam masa muda kamu ini sedang dalam keadaan greng,
karena hormon-hormon seksualmu (yang khususnya berada di otak, testis
untuk cowok dan indung telur untuk cewek) sedang giat bekerja untuk
mematangkan kamu. Lalu kamu mulai tergetar kalau melihat Eugenia yang
manis atau Antonio yang macho. Deg-degan kalau melihat
lawan jenis, kelewat “peka” akan kehadiran mereka. Seperti semut yang
membaui gula-gula. Dampak lain dari bekerjanya hormon-hormonmu itu
adalah kamu mengalami mens untuk cewek dan mimpi basah untuk cowok.
Organ-organ seksualmu jadi dewasa dan matang. Lalu yang sering
merepotkanmu adalah gairah seksualmu berkobar-kobar, mendesak untuk
disalurkan. Kemudian karena terdesak, ada diantara kamu yang
menyalurkannya dengan cara yang sebenarnya tidak boleh, yakni masturbasi
atau onani. Tetapi sekali lagi prinsipnya sebenarnya tidak boleh dan
tidak perlu bagi kamu.
Nah, ini semua harus
kamu sadari sebaik-baiknya. Sadar bahwa “aku sedang dilanda gairah” akan
membantu kamu untuk mengendalikan hasrat seksualmu itu dan
menyalurkannya ke hal-hal yang positif dan membangun, misalnya: olah
raga, teater, musik, melukis, menari, otomotif dan sebagainya. Sadar
bahwa kamu sedang dilanda gairah akan membuatmu tenang. Artinya, tanpa
perasaan bingung, gelisah, risih, jijik, dan dosa kamu dapat berkata: “Thanks God,
aku normal, aku tumbuh dengan sehat. Bantu aku untuk mengendalikan
hasratku ini”. Dan kamu dapat menanggapi keadaan kamu itu dengan
positif. Pikiran yang negatif malah mempermudah gairah kamu membara
panas.
Kedua, seksualitas itu bukan melulu seks. Seks artinya jenis kelamin. Melulu seks hanya dimiliki oleh para penghuni hutan, animals.
Mereka berseks karena terdorong oleh naluri, misalnya: bau-bauan
tertentu yang dikeluarkan oleh yang betina. Yang dimiliki manusia adalah
seksualitas. Artinya, segala sesuatu yang menyangkut kepriaan
(kebapakan, sikap melindungi, sikap memberi, gentleman) atau
kewanitaan (keibuan, sikap memelihara, sikap menerima, sikap
memperhatikan pernik-pernik), termasuk di dalamnya juga peran alat
kelamin dengan dasar cinta suci. Nah, kamu-kamu pasti seringkali
menyamakan begitu saja antara seks dan seksualitas yang sebenarnya tidak
sama persis. Sekali lagi, yang dimiliki manusia itu seksualitas, bukan
melulu seks. Atau bahasa agak kasarnya: manusia itu tidak sama dengan
hewan. Human being is human being. Akibat yang mengerikan
karena kurang pahamnya kamu tentang masalah seksualitas ini adalah
banyaknya kaum remaja yang sudah hamil ketika masih di bangku sekolah
menengah dan di luar pernikahan.
Ketiga, seksualitas
manusia itu sifatnya pribadi. Artinya, seksualitas itu digunakan untuk
menghargai pribadi si Eugenia atau si Antonio dalam ungkapan komunikasi
cinta yang mendalam dan ada lembaga yang melindungi sifat pribadi
seksualitas itu yakni perkawinan yang sah. Singkatnya begini: seks itu
bukan barang tontonan macam di film-film biru. Seks bukan untuk dijual,
dikomersialkan. Seks sebenarnya adalah rahasia pribadi suami isteri dan
hanya diijinkan setelah orang menikah dengan sah atas dasar cinta kasih
yang suci. Jadi tidak ada istilah coba-coba. Selanjutnya seks yang free sangat mungkin menjadi akar dari berbagai masalah sosial dan sumber kisruhnya masyarakat.
Kaum muda, hayatilah
seksualitas kamu dengan sehat. Carilah pengetahuan yang cukup dan
bermutu dari orang yang bermutu pula. Sekali lagi, jangan pernah
coba-coba, sekali mencoba akibatnya terasa seumur hidup. Beberapa detik
kenikmatan akan menyengat seumur hidup kamu.
Inilah prinsip-prinsip
yang bisa kamu pegang. Nuansanya masih banyak, tetapi sementara mungkin
tulisan singkat ini cukup. Tetap taqwa kepada Tuhan juga merupakan
kunci sukses menghayati seksualitasmu secara sehat. Jalanilah masa
mudamu dengan suci murni dan jadilah dewasa dengan penuh kebahagiaan.
Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Rabu, 3 Juli 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar