aku berjuang
untuk mengupas setiap saat
stagnasi murni dariku
hiruk-pikuk denging
merengek di telingaku
seperti kipas bobrokku
menjaga ritme tetap lambat
hingga tetesan keran
menit seret seperti molase
diborgol hingga ketinggalan setiap hari
hari yang berulang
aku melarikan diri ke hutan
angin sepoi-sepoi membelai wajahku
teriakan satwa liar
membuka mata putus asaku
jaring laba-laba membungkuk
dan bergoyang tertiup angin
untaian halus aliran sutra perak
melonjak mereka berbaur
dalam gelombang bulan sabit
seekor kupu-kupu
meluncur dengan lembut
berteman dengan hembusan udara
dengan lembut menghirup esok lain
konduktor simfoni
dengan tangan pematung
yang tidak bisa kulihat
berbisik dengan anggun
hidup bukanlah musuhmu
minum dan biarkan meresap
jatuhkan pedangmu
Aku membentukmu
***
Solo, Sabtu 13 April 2019. 12:22 pm
'salam damai penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: pinterest
0 comments:
Posting Komentar