Welcome...Selamat Datang...

Sabtu, 21 September 2013

Kamu tidak Perlu Khawatir


Kamu pasti pernah merasa khawatir kan? Khawatir tentang nilai ujian. Khawatir tentang tanggapan pacar kamu atas ungkapan cinta pertama kamu. Dan yang paling sering, khawatir tentang masa depan kamu. Mau jadi apa aku kelak? Mau kerja apa aku kelak? Nanti melanjutkan kuliah bidang apa setelah lulus? Bagaimana kalau orang tua tidak setuju dengan pilihanku? Bagaimana kalau aku terkena penyakit atau kecelakaan sebelum aku sempat meraih prestasi? Bagaimana kalau ilmu, ketrampilan dan bakatku nanti tidak laku? Mengerikan!

Memang kalau orang dihinggapi rasa khawatir, bisa saja dia membayangkan yang bermacam-macam, yang tidak-tidak, yang serem-serem, yang aneh-aneh, bahkan yang tidak masuk akal. Singkatnya, rasa khawatir kalau berkaitan dengan fantasi masa muda kamu, pasti hasilnya mengada-ada. Yang tidak perlu ada dibayangin jadi ada, dan pasti yang serem-serem.

Penyakit khawatir ini sering menjangkiti orang muda. Bahkan sering menjadi kronis dan menggiring orang muda hidup melulu di alam khayal. Entah khayal yang diciptakan sendiri maupun khayal indah dengan bantuan drugs. Nah, yang ini sungguh berbahaya, merusak diri dan masa depan. Jangan sampai kamu lakukan.

Apakah penyakit ini ada obatnya? Ada. Apa? Roti! Lho, apa hubungannya? Ya, renungan tentang roti. Silahkan kamu membaca renungan berikut ini.

Dalam naskah kuno yang berbentuk scrolls di Timur Tengah ditemukan kata-kata: ton arton emon ton epiusion dos emin semeron. Kata-kata ini yang akan kita renungkan di sini; terjemahannya kurang lebih begini: berilah kami pada hari ini roti harian kami. Kalimat pendek ini sebenarnya adalah penggalan dari suatu doa panjang untuk Sang Pencipta. Sang pengarang puisi agung ini adalah orang yang sangat realistis, artinya ia tidak mau hidup dalam bayang-bayang khayalan belaka. Ia memohon diberi roti (roti itu makanan harian orang Timur Tengah, sama dengan nasi bagi kita) hanya untuk hari ini, bukan sekaligus untuk besok, lusa, minggu depan dan seterusnya. Karena apa? Karena dia yakin bahwa yang nyata itu hari ini, bukan besok!

Rasa khawatir selalu berkaitan dengan masa depan, masa yang akan datang. Entah itu terungkap dalam kata: nanti, besok, lusa dan lain-lain, pokoknya yang berkaitan dengan waktu yang akan datang. Dan apapun yang ada pada waktu yang akan datang itu tidak nyata, hanya bisa diramalkan dan tidak bisa dipegang. Detik ini, saat ini, hari inilah yang nyata. Semua keberhasilan di masa depan tergantung dari apa yang kita lakukan pada saat ini. Kalau saat-saat itu kita sia-siakan dengan berlari, bahkan tinggal di alam khayal akibat rasa khawatir, kita sebenarnya membuang kesempatan berhasil kita setiap detik, jam, hari dan seterusnya. Rugi, membuang kesempatan-kesempatan yang sangat berharga itu. Waktu tidak bisa diputar balik lagi.

Mau menjadi dokter? Itu tergantung bagaimana kamu belajar biologi dan kimia hari ini. Mau jadi manager? Itu tergantung bagaimana kamu belajar psikologi dan berorganisasi hari ini. Mau jadi model? Itu tergantung bagaimana kamu mengolah penampilan kamu hari ini.

Lukisan terkenal, jadi termasyur mulai pada hari sang pelukis menuangkan fantasinya dengan goresan cat warna-warni pada kanvas. Patung yang terkenal menjadi termasyur ketika sang pemahat mulai menetakkan alat pahatnya pada sebongkah batu atau kayu.

Mari kita mulai semuanya pada hari ini. Bekerja keras hari ini, berusaha hari ini dan belajar hari ini. Kalau kita bersemangat demikian, maka: The future is at hand! So, let’s do it now, today! Masa depan ada di tangan. Mari kita lakukan yang terbaik sekarang. Semoga berhasil.

Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu, 7 Juli 2013
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar