Kamu pasti pernah
merasa khawatir kan? Khawatir tentang nilai ujian. Khawatir tentang
tanggapan pacar kamu atas ungkapan cinta pertama kamu. Dan yang paling
sering, khawatir tentang masa depan kamu. Mau jadi apa aku kelak? Mau
kerja apa aku kelak? Nanti melanjutkan kuliah bidang apa setelah lulus?
Bagaimana kalau orang tua tidak setuju dengan pilihanku? Bagaimana kalau
aku terkena penyakit atau kecelakaan sebelum aku sempat meraih
prestasi? Bagaimana kalau ilmu, ketrampilan dan bakatku nanti tidak
laku? Mengerikan!
Memang kalau orang
dihinggapi rasa khawatir, bisa saja dia membayangkan yang
bermacam-macam, yang tidak-tidak, yang serem-serem, yang aneh-aneh,
bahkan yang tidak masuk akal. Singkatnya, rasa khawatir kalau berkaitan
dengan fantasi masa muda kamu, pasti hasilnya mengada-ada. Yang tidak
perlu ada dibayangin jadi ada, dan pasti yang serem-serem.
Penyakit khawatir ini
sering menjangkiti orang muda. Bahkan sering menjadi kronis dan
menggiring orang muda hidup melulu di alam khayal. Entah khayal yang
diciptakan sendiri maupun khayal indah dengan bantuan drugs. Nah, yang ini sungguh berbahaya, merusak diri dan masa depan. Jangan sampai kamu lakukan.
Apakah penyakit ini
ada obatnya? Ada. Apa? Roti! Lho, apa hubungannya? Ya, renungan tentang
roti. Silahkan kamu membaca renungan berikut ini.
Dalam naskah kuno yang berbentuk scrolls di Timur Tengah ditemukan kata-kata: ton arton emon ton epiusion dos emin semeron. Kata-kata ini yang akan kita renungkan di sini; terjemahannya kurang lebih begini: berilah kami pada hari ini roti harian kami.
Kalimat pendek ini sebenarnya adalah penggalan dari suatu doa panjang
untuk Sang Pencipta. Sang pengarang puisi agung ini adalah orang yang
sangat realistis, artinya ia tidak mau hidup dalam bayang-bayang
khayalan belaka. Ia memohon diberi roti (roti itu makanan harian orang
Timur Tengah, sama dengan nasi bagi kita) hanya untuk hari ini, bukan
sekaligus untuk besok, lusa, minggu depan dan seterusnya. Karena apa?
Karena dia yakin bahwa yang nyata itu hari ini, bukan besok!
Rasa khawatir selalu
berkaitan dengan masa depan, masa yang akan datang. Entah itu terungkap
dalam kata: nanti, besok, lusa dan lain-lain, pokoknya yang berkaitan
dengan waktu yang akan datang. Dan apapun yang ada pada waktu yang akan
datang itu tidak nyata, hanya bisa diramalkan dan tidak bisa dipegang.
Detik ini, saat ini, hari inilah yang nyata. Semua keberhasilan di masa
depan tergantung dari apa yang kita lakukan pada saat ini. Kalau
saat-saat itu kita sia-siakan dengan berlari, bahkan tinggal di alam
khayal akibat rasa khawatir, kita sebenarnya membuang kesempatan
berhasil kita setiap detik, jam, hari dan seterusnya. Rugi, membuang
kesempatan-kesempatan yang sangat berharga itu. Waktu tidak bisa diputar
balik lagi.
Mau menjadi dokter?
Itu tergantung bagaimana kamu belajar biologi dan kimia hari ini. Mau
jadi manager? Itu tergantung bagaimana kamu belajar psikologi dan
berorganisasi hari ini. Mau jadi model? Itu tergantung bagaimana kamu
mengolah penampilan kamu hari ini.
Lukisan terkenal, jadi
termasyur mulai pada hari sang pelukis menuangkan fantasinya dengan
goresan cat warna-warni pada kanvas. Patung yang terkenal menjadi
termasyur ketika sang pemahat mulai menetakkan alat pahatnya pada
sebongkah batu atau kayu.
Mari kita mulai
semuanya pada hari ini. Bekerja keras hari ini, berusaha hari ini dan
belajar hari ini. Kalau kita bersemangat demikian, maka: The future is at hand! So, let’s do it now, today! Masa depan ada di tangan. Mari kita lakukan yang terbaik sekarang. Semoga berhasil.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu, 7 Juli 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar