Welcome...Selamat Datang...

Sabtu, 21 September 2013

Humor dan Kreativitas

Humor ternyata sangat membantu dalam meningkatkan kreativitas. Dalam menciptakan atau menikmati humor, terjadilah pertemuan yang tidak terduga antara satu fakta dengan fakta yang lain yang semula tak terpikirkan (ini disadari sebagai dasar dari banyak macam bentuk kreativitas lainnya). Tetapi dalam humor, pertemuan itu tidak pada tempatnya, sehingga tidak melahirkan sesuatu yang logis, melainkan suatu efek kelucuan, keganjilan, keterbalikan. Humor dapat kita ciptakan setiap saat terutama dalam pergaulan. Kita tidak sekedar bisa menjadi konsumen humor, tetapi juga produsen. Humor dapat menggairahkan hidup dan mengurangi ketegangan, sedangkan keaktifan dalam humor akan melatih kecekatan pikiran, reaksi kreatif, dan kemampuan untuk menangkap dan melahirkan surprise.

Mungkin dalam benak anda timbul pertanyaan, “Apakah ada resepnya untuk bisa lebih produktif dalam berhumor?” Ini sukar dijawab, karena jenis homor itu luas sekali, mulai dari kedipan mata sampai ke karikatur yang canggih. Sekedar sebagai gambaran, khususnya untuk humor yang agak tinggi, anatomi humor itu sebagai berikut:
  • Mencoba menjabarkan suatu hal secara ‘polos’, apa adanya, tanpa dihalangi oleh kelaziman berpikir kita. Panci misalnya dapat kita lihat sebagai topi. Topi dapat dilihat sebagai kantong bermulut besar (misalnya dapat digunakan untuk menampung hasil ngamen).
  • Berpikir menurut ‘asas pembalikan’. Subyek dipikirkan sebagai obyek. Apa yang di atas dipikirkan sebagai yang di bawah, dan sebagainya. Jalan adalah obyek yang statis. Tetapi sekarang ‘kita yang diam, jalan yang menjalankan kita …’. Inilah konsep untuk tangga berjalan, yang mula-mula terasa lucu.
  • Berpikir tidak hanya dalam satu konteks tetapi ‘lebih dari satu konteks’. Kalau kita mengatakan alat musik tiup, maka yang masih dalam satu bidang makna misalnya, alat musik petik. Tetapi tiup kemudian dipakai dalam konteks lain, dan kata lain yang berada dalam bidang maknanya misalnya, sedot. Kalau kemudian kita mengatakan ‘alat musik sedot’, terasa adanya kelucuan, karena tidak semestinya konteks sedot dipersatukan dengan konteks alat musik tiup.
Demikianlah sedikit gambaran tentang bagaimana meningkatkan kreativitas dengan berhumor. Pergaulan menjadi lebih menyenangkan dan kreativitas kita menjadi berkembang. Semoga bermanfaat.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 8 Juli 2013
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar