Di dunia ini ada pria
yang merasa mempunyai sesuatu kekurangan dalam masalah seksnya.
Penyebabnya adalah rasa rendah diri yang terlalu kuat. Karena perasaan
kekurangan itu, dia mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk
melengkapinya. Dengan berbagai akal, dia menempuh berbagai love affair
dengan tujuan untuk mengobati rasa kurangnya dan membuktikan kepada
dunia bahwa dirinya betul-betul laki-laki. Dia lalu berkeliaran
berpetualang ke mana saja untuk menaklukkan wanita-wanita yang
dijumpainya. Orang macam ini terkena mental hidung belang, gila seks
alias Don Juan complex.
Dalam dongeng, novel
atau drama, tokoh Don Juan ditampilkan dalam berbagai versi. Terkadang
dia dilukiskan sebagai seorang pria yang sudah jadi, matang, cakep,
simpatik. Maka banyak wanita suka kepadanya. Terkadang lagi disajikan
sebagai ahli penggoda yang cakap menyulut asmara kaum Hawa. Terkadang,
akhirnya, dia diperkenalkan sebagai seorang manusia petualang yang
selalu kosong hatinya. Karena itu tidak jemu-jemunya dia memburu
gadis-gadis atau wanita-wanita untuk mengisi jiwanya. Pribadi Don Juan
yang terakhir inilah yang muncul dalam gambaran kita, apabila kita
mendengar mental hidung belang, gila seks, alias Don Juan complex.
Semakin parah
seseorang menjadi penderita mental Don Juan ini, semakin dia banyak
bertingkah dan berpetualang. Tetapi anehnya, dia seperti tidak mungkin
dipuaskan. Meskipun usahanya sering membawa hasil, namun efek
keberhasilannya itu hanya sebentar saja. Selanjutnya begitu petualangan
yang satu selesai, dia merasa kosong lagi dan seterusnya memulai affair
lagi. Hal ini terjadi, juga setelah dia memutuskan untuk mengambil
seorang gadis atau wanita sebagai isterinya. Setelah perkawinannya
berlangsung beberapa lama, dia kecewa. Egonya mengecil.
Semangatnya jatuh merosot lagi. Karena dia tidak lagi mempunyai obyek
yang harus ditaklukkan. Akhirnya muncullah berbagai kesulitan dalam
keluarganya. Orang yang bermental Don Juan memang susah. Hidup membujang
susah. Hidup berkeluarga susah.
Mental Don Juan dapat
timbul karena berbagai sebab. Misalnya, karena seseorang laki-laki
terlalu lama dididik oleh guru-guru dan pengasuh-pengasuh puteri; karena
seseorang kehilangan ayah; karena seseorang tidak memperoleh kesempatan
cukup untuk bergaul dengan teman laki-laki sebaya. Singkatnya, karena
sifat dan perasaan laki-laki seseorang tidak dapat berkembang dengan
normal.
Dilihat dari penyebab itu, Dr. Milton R. Sopirstein menyebut ada empat macam mental Don Juan:
Mental Don Juan Orang Penakut.
Entah karena apa, seorang pria dapat saja takut terhadap isterinya.
Ketakutan ini mempengaruhi kehidupan seksnya. Karena tidak mendapatkan
kepuasan di rumah, maka dia mencari di tempat-tempat lain.
Mental Don Juan Gengsi. Pada umumnya orang bermental Don Juan jenis ini berasal dari keluarga elite yang hidup dalam lingkungan yang penuh glamour.
Dalam keluarga itu biasanya anak-anak diteror dengan petuah-petuah,
“Kamu bukan anak orang sembarangan.” “Berlakulah sopan! Jaga
kehormatanmu!” Maka tanpa sadar anak-anak dari lingkungan itu dididik
untuk menekankan segi-segi lahiriah dari tutur kata dan tingkah laku
mereka. Mereka diajar untuk memberikan kesan yang baik-baik kepada
masyarakat. Pada umur dewasa anak-anak ini menjadi orang yang terlalu
sadar akan unsur nama baik, kehormatan dan gengsi. Maka demi kehormatan
dan gengsi itu mereka sering menjadi petualang seks. Biar orang tahu
betapa hebat mereka.
Mental Don Juan Romantik.
Banyak orang yang sebelum menikah suka membayangkan hidup keluarga yang
indah-indah. Tetapi setelah hidup perkawinan mereka arungi, mereka
tidak mendapatkan yang mereka impikan. Perkawinan mereka ternyata jauh
dari macam perkawinan yang mereka dambakan. Mereka kecewa. Akhirnya
mereka jatuh menjadi korban mental Don Juan. Awalnya mereka suka pergi
dari rumah. Pada akhirnya mereka tidak mau pulang lagi ke lingkungan
keluarga mereka. Karena di tempat lain mereka sudah menemukan perkawinan
yang ideal. Entah untuk berapa lama.
Mental Don Juan Alamiah.
Mental Don Juan jenis ini kebanyakan menimpa pria berumur antara 40-50
tahun. Pada umur-umur itu, kaum pria seolah-olah mendengar lonceng
peringatan, “Awas, waktu untuk hidup di dunia hampir habis!” Banyak pria
tidak mau menerima peringatan itu. Mereka tidak mau mengakui bahwa
kekuatan fisik mereka sudah mulai menurun. Sikap tidak mau menerima ini
mereka nyatakan dalam petualangan seks. Dari antara korban mental Don
Juan jenis ini, tidak sedikit berasal dari keluarga baik-baik dan
pria-pria terhormat.
Pada dasarnya para
penderita gila seks, apa pun sebab-sebabnya, adalah orang-orang yang
tidak mampu memberi dan menerima cinta secara wajar. Petualangan mereka
hanyalah merupakan cara, yang salah tentu saja, untuk mengatasi
keterbelakangan dalam hal cinta itu. Maka untuk bangkit dari penyakit
itu, mereka yang dikuasai oleh mental Don Juan perlu mulai membina
kesadaran diri bahwa mereka itu dapat mencintai dan pantas dicintai.
Untuk itu mereka membutuhkan uluran tangan dan bantuan dalam bentuk
perhatian, kesediaan untuk berteman serta bersahabat dengan mereka. Agar
dengan demikian mereka mulai membangun harga diri, kepercayaan diri dan
siap untuk memberi serta menerima cinta dari sesama, baik dari pria
maupun wanita.
Bersamaan dengan itu,
mereka juga perlu disadarkan bahwa tindak petualangan mereka sungguh
membawa malapetaka bagi orang lain, yang jatuh menjadi korban mereka.
Dengan segala usaha itu, diharapkan orang-orang yang dikuasai oleh gila
seks alias mental Don Juan menjelma menjadi manusia normal. Mereka yang
sudah memiliki dorongan besar untuk memberi dan menerima cinta lalu
menjadi manusia yang memiliki harga dan kepercayaan diri, mampu memberi
dan menerima cinta dalam keluarga serta dalam masyarakat mereka.
Selanjutnya mereka menjadi manusia yang hangat dan mampu menghangatkan
lingkungan hidup mereka.
Demikian sajian tulisan ini hanya sekedar sharing
untuk membuka pemahaman kita tentang pria penderita gila seks alias
mental Don Juan dan berharap kita bisa memahaminya serta apabila
dimungkinkan bisa membantu mereka untuk terbebas dari penderitaannya.
Semoga.
Salam damai penuh cinta.
Sumber bacaan: How to Use Your Complexes by J. Maurus
***
Solo, Senin, 8 Juli 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar