Ada kejadian menarik dan sekaligus menggelikan di jagad politik negeri ini seusai pesta demokrasi pemilu, 17 April 2019 yang lalu. Pertama adalah pernyataan kemenangan sebesar 62% dari kubu Prabowo-Sandi, dalam rentang waktu kurang dari 2 jam seusai penutupan pemilihan. Ini sungguh luar biasa konyol dan menggelikan. Itu menurut kubu 02 berdasarkan tim internal mereka sendiri. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Ilmu statistik mana dan sistem informasi digital mana yang mampu merekap data dari seluruh TPS se Indonesia dengan jumlah pemilih lebih dari 100 juta? Sementara quick count dari beberapa lembaga survei resmi saja baru memasukkan data kurang dari 50% dan prosentase keunggulan ada di pihak Jokowi-Ma'ruf. Dengan persentase sekitar 54% untuk kubu Jokowi-Ma'ruf dan 46% untuk Prabowo-Sandi.
Kekocakan dan kekonyolan berikutnya adalah manakala mereka ditanya dimana mereka melakukan penghitungan, jawabannya katanya tempatnya dirahasiakan. Nah, bagaimana tidak menimbulkan kecurigaan bahwa mereka (kubu 02) sengaja ingin mengacau proses demokrasi ini dan tidak siap kalah. Tidak mempercayai lembaga survey dan katanya punya lembaga sendiri tetapi tidak bisa menunjukkan bukti keberadaan serta akurasi informasinya.
Sementara dipihak lain, kubu 01, dengan jelas dan tegas menunjukkan keberadaan tim real countnya di Hotel Grand Melia Kuningan. Siapa pun dipersilahkan untuk melihat apa saja yang dikerjakan mereka. Jadi, mereka memang punya niat baik. Selain itu mereka meskipun mempercayai hasil quick count lembaga survei tidak serta merta mendeklarasikan kemenangan, tetapi tetap menunggu hasil penghitungan resmi real count KPU.
Kemudian kekonyolan terbaru adalah manakala real count KPU mulai ditampilkan di media. Data masuk di Sistem Informasi Perhitungan Suara (Situng) KPU sudah mencapai 32,2%. Situng yang juga kerap disebut sebagai 'Real Count KPU' mencatat Jokowi-Ma'ruf Amin masih unggul atas Prabowo-Sandiaga Uno. Dilihat dari situs KPU, Kamis (25/4/2019) pukul 07.00 WIB, Jokowi-Ma'ruf Amin memperoleh 55,80 persen atau 27.403.301 suara, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memperoleh 44,20 persen atau 21.707.103 suara. Di mana kekonyolannya? Ya pasti di kubu 02. Mereka dalam setiap kesempatan wawancara atau talk show politik di televisi mulai merancang usulan untuk dibentuk Tim Pencari Fakta kecurangan pemilu. Sungguh bikin ngakak.
Kubu Prabowo-Sandi di saat awal mengklaim dan sudah mendeklarasikan kemenangan di pihaknya sebesar 62% tetapi sekaligus juga menuduh penyelenggaraan pemilu ini curang. Bukankah ini konyol dan menggelikan? Biasanya yang terjadi tuduhan curang itu dari pihak yang kalah tetapi dalam kasus 'dagelan politik' ini justru kubu 02 yang sudah berani menyatakan diri sebagai pemenang tetapi menuduh curang. Wah sungguh aneh bin ajaib. Inilah peristiwa politik paling menggelikan abad ini. Bersiaplah untuk menjadi bahan tertawaan dunia.
***
Solo, Kamis, 25 April 2019. 10:20 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: republika.co.id
0 comments:
Posting Komentar