engkau adalah langit
sementara aku dari tanah dan kotor
berbagi alam semesta dalam alam yang terpisah
faksi yang saling bertentangan, kelahiran yang beragam
aku akan selamanya melihat ke atas
istirahatkan pandanganku pada gelombang udara
dan bermimpilah agar mata kita bertemu
keabadian sementara yang akan kita bagikan
aku sudah menangis banyak tetesan air mata
tetapi engkau tidak akan pernah tahu
karena bagimu mereka tidak pernah bisa menjangkau
untuk ke intiku, mereka hanya akan mengalir
tetapi ketika engkau menatap dengan muram
air matamu akan jatuh membasahi aku
aku akan minum tetesannya dengan lahap
hadiah cinta dari hujan surga
air matamu akan memelihara benih yang telah kutanam
mereka akan berakar dan berkembang di bawah sinar mentari
putuskan di tanahku yang dipegang teguh di tempatnya
memikirkan perjalanan kita selanjutnya akan dimulai
akar akan melahirkan batang
yang pada gilirannya, akan bercabang menjadi dedaunan
penanaman akhirnya akan tumbuh tinggi
untuk membalas cinta, cinta itu terus-menerus diterima
tunas kecil yang malang
engkau hanya bisa tumbuh begitu tinggi
engkau tidak akan pernah bisa mencapai sejauh itu
engkau dan aku hanya bisa mencium tetesan yang jatuh
jadi, langit biru yang indah
aku hanyalah debu di kaki nasib yang berat
kita hanya bisa melihat ke cakrawala yang jauh
hanya di sana surga dan bumi bisa benar-benar bertemu
***
Solo, Senin, 22 April 2019. 5:40 am
'selamat hari bumi'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
kompasiana
pepnews
ilustr: Adrienne Egger
0 comments:
Posting Komentar