Welcome...Selamat Datang...

Jumat, 20 September 2013

Berbahaya bila Bersikap Terlalu Optimis


Memiliki sikap optimis, kemampuan melihat segi-segi baik dari setiap persoalan, atau sikap positif dalam menghadapi kehidupan, merupakan satu hal yang sangat bernilai. Sikap optimis menghalangi seseorang untuk gampang menyerah atau putus asa. Sikap ini memberi kekuatan untuk berjuang. Juga memberi terang manakala hidup dalam keadaan yang gelap. Tetapi sikap optimis harus mengenal batas. Orang-orang yang kelewat optimis, sehingga melihat segalanya serba cerah, tidak lagi melihat kekurangan dan keburukan dalam segala persoalan, apa saja dan dimana saja.

Orang yang kejangkitan sikap terlalu optimis melihat segala-galanya baik saja adanya. Bagi mereka, pribadi dan hidup mereka sudah baik. Tidak perlu ditingkatkan. Bagi mereka setiap orang itu baik, sosial, penuh cinta kasih dan suka menolong. Tidak perlu dinasihati, ditegur, apalagi dimarahi. Bagi mereka masyarakat sudah sempurna tidak perlu dibenahi dan diatur kembali. Bagi mereka dunia ini adalah yang paling indah yang dapat diciptakan. Mereka merasa tidak perlu membuatnya menjadi lebih baik lagi. Bagi mereka hidup ini sudah sangat memuaskan. Tidak perlu dibuat lebih maju lagi. Karena pandangan mereka yang terlalu optimis itu, mereka sering kehilangan akal sehat dan tidak mampu melihat kenyataan apa adanya.

Hidup mereka cenderung menjadi hidup yang serba santai, easy going dan jauh dari bertanggung jawab. Ketika mereka kehilangan barang yang sangat berharga, mereka merasa dibebaskan dari tanggung jawab untuk merawatnya. Apabila mereka gagal dalam usaha, enak saja mereka menghibur diri: “next time better”, lain kali lebih baik, tanpa meneliti di mana letak penyebab kegagalan mereka. Pokoknya segala peristiwa yang dialami, termasuk yang fatal, dianggap sebagai “blessing in disguise”, berkat tersembunyi, tanpa mengetahui dimana letak berkat itu. Karena sikap itu, mereka yang terlalu optimis ini, mudah membiarkan hidup mereka berlalu begitu saja tanpa isi dan arti. Mereka membiarkan persoalan-persoalan menjadi berlarut-larut, tidak terselesaikan dengan tuntas. Dan sementara itu mereka tidak merasa menyesal atau rugi. Sikap ini jelas dapat membahayakan.

Orang-orang yang terkena sikap terlalu optimis dianugerahi mata yang jernih. Sehingga dalam segala hal mereka melihat segi baik dan positifnya. Tentu saja ini hal yang bagus. Satu hal yang perlu mereka lakukan ialah membuat sikap itu menjadi wajar dan seimbang. Dalam hal ini mereka perlu menggabungkan sikap optimis tersebut dengan kenyataan yang ada. Berlandaskan kenyataan yang ada itu, sikap optimis mendapatkan perspektifnya yang benar. Akibatnya orang menjadi tetap gembira dalam hidup, tetapi realistis. Selanjutnya orang terdorong untuk terus berusaha tanpa meninggalkan sikap hati-hati. Oleh karenanya orang mampu menerima “malapetaka” dalam hidup, tanpa kehilangan kemampuan untuk melihat titik terang di masa depan. Kemudian orang mampu menerima segalanya dalam hidupnya dengan senang, dengan tetap terus bekerja untuk meningkatkannya. Orang berani terus berjuang dengan tetap memperhitungkan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.

Sikap optimis yang benar merupakan penopang yang luar biasa dalam hidup kita. Sekali lagi yang benar. Dan inilah hal yang harus diusahakan oleh mereka yang dikuasai oleh sikap terlalu optimis.

Demikianlah tulisan ini hanya sekadar berbagi, untuk saling asah, asih dan asuh. Semoga bermanfaat.

Salam damai penuh cinta.

Sumber bacaan: How to Use Your Complexes by J. Maurus

***
Solo, Jumat, 28 Juni 2013
Suko Waspodo
antologi puisi suko
ilustr: Brilio

0 comments:

Posting Komentar