Bullying adalah penggunaan kekerasan atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku dapat menjadi kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar kelas, ras, agama, gender, seksualitas, penampilan, perilaku, atau kemampuan. Jika intimidasi dilakukan oleh sebuah kelompok, itu disebut mobbing. Korban bullying kadang-kadang disebut sebagai “target“. Demikian penjelasan singkat pengertian bullying menurut Wikipedia, The Free Encyclopedia.
Sekarang mari kita coba memahami lebih dalam mengenai bullying.
Semua manusia diberi naluri untuk mempertahankan diri melawan segala
hal yang merugikan diri sendiri atau kelompoknya dan untuk berjuang
mencapai segala sesuatu yang dianggapnya baik. Oleh para ahli ilmu jiwa
naluri itu disebut naluri agresi. Naluri ini berguna untuk
melindungi diri dan masyarakatnya. Naluri ini mendorong manusia untuk
berprestasi dalam berbagai bidang: ilmu, sastra, seni, kemasyarakatan.
Tetapi manusia tidak hidup sendirian. Sebab itu dalam menggunakan naluri
itu, dia mesti mengingat keselamatan orang lain. Janganlah dia
mengikuti naluri agresinya untuk mencari harga diri dan
kebesaran dengan menindas orang lain dengan main tendang kanan dan kiri.
Orang yang suka mencari harga diri dan kebesaran pribadi dengan
menyalahgunakan naluri agresinya, barangkali sudah dikuasi oleh kecenderungan mau menang sendiri, main paksa alias bullying complex.
Orang-orang yang dikuasai oleh bullying complex
dalam hatinya merasa mereka rendah, minder, tidak aman dan ada
kekurangan. Namun mereka tidak mau mengakuinya. Mereka mau menutupi
perasaan itu dengan menindas orang lain, entah secara mental atau secara
fisik. Secara batin, penderita adalah domba-domba yang lemah lembut.
Tetapi secara lahir mereka mau menampilkan diri sebagai
serigala-serigala yang buas. Kecenderungan mau menang sendiri, jadinya, mempunyai kaitan erat dengan rasa super. Kedua penyakit ini diturunkan oleh orang tua yang sama: rasa minder.
Orang yang dikuasai oleh bullying complex
tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menampakkan kekuatan mereka.
Karena menurut jalan pikiran mereka, setiap orang yang telah menyaksikan
kehebatan mereka akan mengakui keunggulan mereka. Maka setiap tindak show of force,
“pamer kekuasaan” mereka anggap sebagai cara untuk mengangkat nama dan
menciptakan citra diri yang “wow”. Mereka suka mengintimidasi
orang-orang yang lemah. Orang tua, guru, pejabat swasta atau pemerintah
yang dikuasai oleh kecenderungan ini gemar menggunakan kewibawaan mereka
di luar waktu dan proporsi. Semua itu dilakukan demi memberi kesan
hebat dan menampilkan diri sebagai orang besar.
Setiap orang
membutuhkan hormat dari orang lain. Tak seorang pun di dunia ini yang
akan berhasil menjadi manusia yang seimbang, terbuka, yakin diri dan
terbebas dari ketegangan batin kalau dia tidak berhasil menemukan harga
diri dan merasa dihargai oleh sesamanya. Harga diri dan penghargaan
orang lain ini, pada gilirannya menciptakan citra diri yang baik. Berkat
citra diri yang baik orang menemukan kebesaran diri dan arti dalam
hidupnya. Dia dirangsang untuk mengambil kegiatan-kegiatan, didukung
dalam usaha dan perjuangan serta disemangati untuk terus maju tak kenal
menyerah dalam perjalanan hidupnya. Secara singkat harga diri dan citra
diri yang baik menjadi sumber kedamaian, kepercayaan, kegembiraan dan
harapan dalam hidup.
Para penderita bullying complex
, bermaksud mendapatkan harga diri dan citra diri yang baik. Mereka
sudah memiliki dorongan yang kuat untuk itu. Hanya mereka memiliki
gambaran yang salah mengenai harga diri dan citra diri itu. Maka cara
untuk memperolehnya pun juga salah. Bagaimana pun juga harga diri, citra
diri dan kebesaran diri tidak diperoleh dengan pamer kekuatan atau
kekuasaan dengan menindas orang lain, melainkan lewat perbuatan baik
dengan menyumbang jasa kepada sesama. Inilah yang seharusnya mereka
lakukan. Karena perbuatan yang membuat orang lain merasa dihormati,
dicintai dan diberi respek itu, orang lain juga akan menaruh hormat,
mencintai dan mengakui mereka sebagai orang-orang yang benar-benar
besar.
Dengan naluri agresi
yang sudah dimurnikan, orang-orang yang dikuasai kecenderungan mau
menang, memiliki daya dorong untuk memajukan hidup sendiri dan kehidupan
masyarakat. Mereka juga memiliki keberanian dan kekuatan untuk melawan
kaum penindas yang mereka jumpai. Sebab pada setiap jaman dan di setiap
tempat, dalam organisasi, dalam masyarakat, dalam negara selalu akan
muncul tokoh-tokoh yang mau menang sendiri, dikuasai oleh bullying complex, dengan menyingkirkan orang-orang lain.
Mereka yang dikuasai oleh bullying complex perlu memurnikan naluri agresi
mereka. Jika hal ini berhasil dicapai, mereka akan menjadi manusia yang
sangat berguna. Karena mereka akan menggunakan naluri mereka untuk
membantu orang lain, menjaga kelestarian dan memajukan hidup bersama
dengan prestasi-prestasi mereka serta daya juang mereka melawan segala
yang mengganggu kehidupan bersama. Kemudian dengan begitu mereka
menemukan cita-cita hidup mereka menjadi orang hebat, orang besar dan
terhormat.
Demikianlah tulisan ini sekedar mencoba melihat secara lebih jernih tentang bullying complex dan kemungkinan untuk memurnikannya sehingga bisa menjadi sebuah kecenderungan yang positif dan konstruktif. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu, 30 Juni 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar