Peringatan hari buku sedunia hari ini membawa pikiranku melayang ke masa lalu. Masa lalu kami di keluarga besar yang sangat mencintai buku. Tiada hari tanpa membaca buku atau media cetak yang ada pada waktu itu.
Bapakku hanya berasal dari keluarga yang sederhana. Semenjak remaja beliau sudah ditempa dengan kerasnya hidup. Sekolah Tehnik, sekolah kejuruan tapi setingkat SMP, tidak terselesaikan karena harus bekerja memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup. Namun karena kebiasaan dan bahkan hobi membacanya yang dahsyat membuat beliau relatif berhasil dalam aktifitasnya sebagai wiraswasta otomotif. Beliau berhasil membawa kami anak-anaknya semua menyelesaikan pendikan perguruan tinggi. Perilaku kutu bukunya terus berlanjut hingga usia senjanya saat ini.
Kebiasaan dan hobi membaca beliau menular ke kami bertujuh anak-anaknya. Kami semua sejak kecil sudah terbiasa membaca. Bahkan buku komik yang pada waktu itu dianggap sebagai buku yang tidak baik dibaca anak-anak , sudah menjadi menu kami setiap saat sejak kami mampu membaca dan ayah tidak pernah melarangnya. Majalah Intisari sejak kelahirannya sampai sekarang masih menjadi bacaan wajib bagi saya.
Kami bertujuh sukses karena kebiasaan kutu buku kami sampai sekarang. Dalam profesi kami masing-masing, kami merasa sangat terbantu dengan hobi membaca kami. Mungkin kebiasaan membeli buku kami sudah tidak sebanyak dulu karena di era internet ini kami lebih banyak membaca lewat media internet. Menurut kami, paling tidak saya, saat ini lebih baik membaca lewat media internet. Lebih hemat di kantong dan yang paling penting lagi menghemat penggunaan media cetak berarti menghemat pohon dan lebih lanjut mencintai hutan yang harus kita lestarikan.
Membaca dalam bentuk buku cetak maupun e-book serta media informasi yang lain tetap sangat bermanfaat. Dibalik kesuksesan siapa pun, hampir semuanya dilatarbelakangi dengan kebiasaan membaca buku. Masih sangat relevan kata bijak “buku adalah guru yang sangat baik dan tidak pernah marah” . Terima kasih bapak atas teladanmu dan selalu memberi kami kesempatan untuk membaca dimasa lalu kami. Kalau kami tidak menjadi kutu buku seperti engkau sampai kini pasti kami tidak seberhasil saat ini dalam hidup kami.
Selamat Hari Buku Sedunia. Salam damai penuh cinta.
Bapakku hanya berasal dari keluarga yang sederhana. Semenjak remaja beliau sudah ditempa dengan kerasnya hidup. Sekolah Tehnik, sekolah kejuruan tapi setingkat SMP, tidak terselesaikan karena harus bekerja memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup. Namun karena kebiasaan dan bahkan hobi membacanya yang dahsyat membuat beliau relatif berhasil dalam aktifitasnya sebagai wiraswasta otomotif. Beliau berhasil membawa kami anak-anaknya semua menyelesaikan pendikan perguruan tinggi. Perilaku kutu bukunya terus berlanjut hingga usia senjanya saat ini.
Kebiasaan dan hobi membaca beliau menular ke kami bertujuh anak-anaknya. Kami semua sejak kecil sudah terbiasa membaca. Bahkan buku komik yang pada waktu itu dianggap sebagai buku yang tidak baik dibaca anak-anak , sudah menjadi menu kami setiap saat sejak kami mampu membaca dan ayah tidak pernah melarangnya. Majalah Intisari sejak kelahirannya sampai sekarang masih menjadi bacaan wajib bagi saya.
Kami bertujuh sukses karena kebiasaan kutu buku kami sampai sekarang. Dalam profesi kami masing-masing, kami merasa sangat terbantu dengan hobi membaca kami. Mungkin kebiasaan membeli buku kami sudah tidak sebanyak dulu karena di era internet ini kami lebih banyak membaca lewat media internet. Menurut kami, paling tidak saya, saat ini lebih baik membaca lewat media internet. Lebih hemat di kantong dan yang paling penting lagi menghemat penggunaan media cetak berarti menghemat pohon dan lebih lanjut mencintai hutan yang harus kita lestarikan.
Membaca dalam bentuk buku cetak maupun e-book serta media informasi yang lain tetap sangat bermanfaat. Dibalik kesuksesan siapa pun, hampir semuanya dilatarbelakangi dengan kebiasaan membaca buku. Masih sangat relevan kata bijak “buku adalah guru yang sangat baik dan tidak pernah marah” . Terima kasih bapak atas teladanmu dan selalu memberi kami kesempatan untuk membaca dimasa lalu kami. Kalau kami tidak menjadi kutu buku seperti engkau sampai kini pasti kami tidak seberhasil saat ini dalam hidup kami.
Selamat Hari Buku Sedunia. Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Selasa, 23 April 2013
Suko Waspodo
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/10/12/karena-bapakku-kutu-buku-694998.html
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/10/12/karena-bapakku-kutu-buku-694998.html
0 comments:
Posting Komentar