Welcome...Selamat Datang...

Rabu, 18 September 2013

Kebangkitan Nasional, Kebangkitan Para Koruptor dan Keterpurukan Rakyat Kecil yang Miskin

Setiap tanggal 20 Mei bangsa dan negara Indonesia pasti memperingati hari Kebangkitan Nasional. Tetapi dalam konteks kekinian benarkah saat ini bangsa dan negara ini sudah atau sedang mengalami kebangkitan menjadi bangsa dan negara yang semakin maju dan berpihak kepada kepentingan rakyat sebagai pemilik negara ini? Menurut penulis yang terjadi adalah kebangkitan para koruptor dan keterpurukan rakyat kecil.

Kebangkitan Para Koruptor

Berbagai kasus korupsi peninggalan era Orde Baru banyak yang tidak terselesaikan bahkan terkesan dipetieskan. Para penyelengara negara, yang sebagian besar masih para politisi era Orde Baru, memilih aman tidak mempersoalkan korupsi era itu dengan menggunakan dalih mikul dhuwur mendhem jero, menutupi perilaku negatif (korupsi, pelanggaran HAM, dsb) dengan perilaku positif (sedikit keberhasilan pembangunan fisik). Kalau ada kasus korupsi yang ditindak itu pun hanya kasus korupsi kecil dan terkesan “tebangpilih” demi kepentingan politik kelompok tertentu.

Di era reformasi, walau sudah ada KPK, penyelesaian kasus korupsi juga jauh panggang dari api. Penyelesaian kasus korupsi hanya menyentuh permukaan. Hanya menyelesaikan kasus-kasus yang relatif skala kecil. Paling-paling hanya setingkat kasus korupsi kepala daerah atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Penyelesaiannya pun hanya dengan ganjaran hukuman yang tidak terlalu berat untuk ukuran jumlah uang rakyat yang mereka korupsi.  Untuk kasus korupsi yang massive menggurita, kasus Century, kasus pemilihan Gubernur BI, kasus pembangunan wisma Atlet, yang karena menyangkut partai penguasa, penyelesaiannya setengah-setengah dan berlama-lama seolah agar rakyat melupakannya. Media masa pun juga terkesan lebih suka memberitakan kasus-kasus baru yang relatif tidak penting dan melupakan kasus-kasus lama yang belum terselesaikan. Akibatnya kasus korupsi tidak semakin berkurang malahan semakin banyak dan tidak malu-malu lagi. Para koruptor menjadi semakin berani apalagi kalau itu melibatkan partai penguasa yang menjadi penyelenggara negara ini. Mereka merasa aman.

Keterpurukan Rakyat Kecil

Rakyat kecil, kecuali pegawai negeri sipil, justru semakin terpuruk. Mengapa pegawai negeri sipil pengecualian? Karena etos kerja mereka yang mestinya menjadi contoh pelayan masyarakat yang baik justru hanya menuntut kenaikan gaji terus dan tidak punya sense of crisis. Pekerjaan mereka untuk melayani masyarakat dilakukan dengan leda-lede  (setengah hati). Padahal kita semua tahu anggaran belanja negara terbesar justru untuk pegawai. Berarti uang rakyat lebih banyak untuk mereka.  Rakyat kecil sebagai bagian  dari pemilik negara ini justru semakin termiskinkan dan tersingkirkan.

Penyediaan sarana pendidikan yang layak  hanya untuk kaum kaya. Memang ada pembebasan SPP tetapi masih terjadi pungutan-pungutan sarana pendidikan yang mengada-ada dan tidak mendidik.  Sekolah negeri yang digratiskan sering kali pelayanan para penyelenggara pendidikannya buruk. RSBI dan sejenisnya hanya menciptakan pengkastaan pendidikan antara kaum miskin dan kaum kaya. Rakyat kecil dan miskin terkesan dilarang memperoleh pendidikan yang layak .  Kaum kaya tentu saja  mudah memperoleh pendidikan yang layak karena terdukung oleh kemampuan ekonomi mereka.  Rakyat kecil yang mikin dan bodoh menjadi semakin bodoh dan tersingkirkan.

Kesehatan rakyat kecil juga menjadi masalah yang memprihatinkan.  Pelayanan kesehatan ditingkat yang paling murah, Puskesmas, juga buruk.  Banyak kasus rakyat mengalami kesulitan mendapat pelayanan kesehatan. Bahkan untuk ber KB sekalipun. Akibatnya tingkat kelahiran pada masyarakat ekonomi lemah sangat tinggi karena mereka tidak mampu membiayai sarana ber KB. Selanjutnya berdampak pada tingkat kesejahteraan mereka yang semakin memburuk.

Kehidupan yang aman dan tenteram juga belum dialami oleh rakyat. Masih sering terjadi pertikaian antar kelompok dan golongan. Kelompok yang memiliki masa pendukung atau pengikut yang besar menindas kaum minoritas. Kaum mayoritas dalam bentuk apapun menindas kaum minoritas dalam bentuk apa pun pula. Para pelindung masyarakat lebih berpihak kepada yang kuat daripada yang lemah. Akibatnya rakyat kecil masih banyak yang hidup dalam suasana tidak aman dan tidak terlindungi.

Itulah sebagian potret dari kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Memang banyak terjadi keberhasilan dalam pembangunan fisik tetapi pembangunan manusianya masih sangat rendah. Korupsi masih menjadi bahaya laten sementara rakyat kecil semakin terpuruk dan termiskinkan.

Kapankah Kebangkitan Nasional yang sesungguhnya bisa terwujud?

Salam kritis penuh cinta.

***
Solo, Minggu, 20 Mei 2012

0 comments:

Posting Komentar