Rasa rendah diri alias minder merupakan suatu hal yang sudah nge-top
di kalangan masyarakat. Banyak orang sudah mengenalnya. Hal ini sudah
sering menjadi pembicaraan, sambil duduk-duduk di warung, maupun secara
serius dalam seminar yang dihadiri para ahli dan tamu-tamu terhormat.
Tidak mengherankan, karena katanya, banyak orang sudah dikuasai oleh
rasa minder ini, entah sungguhan atau sekedar bayangan.
Ada beberapa sebab
yang membuat orang menjadi rendah diri. Oleh karena itu kita mengenal
beberapa jenisnya. Ada rasa rendah diri fisik, yang disebabkan oleh
cacat-cacat tubuh, seperti kegemukan, gigi tak rapi, tangan lumpuh, kaki
timpang. Ada rasa rendah diri mental, yang diakibatkan oleh hal-hal
seperti daya tangkap rendah, bakat kecil, kemampuan sedikit. Ada rasa
rendah diri sosial, yang diakibatkan oleh perlakuan orang lain atau
masyarakat di masa lampau yang tidak wajar. Seseorang dapat kejangkitan
rasa rendah diri, karena sejak kecil selalu terpojok dan tidak
mendapatkan perlakuan sebagaimana mestinya. Sekelompok masyarakat dapat
beramai-ramai menderita rasa rendah diri karena dipandang dan
diperlakukan sebagai kelompok masyarakat yang rendah, entah alasan warna
kulit atau alasan keagamaan.
Gejala rasa rendah
diri dapat muncul dalam dua bentuk pokok. Ada bentuk yang murni. Ada
bentuk yang ditutup-tutupi. Orang yang menderita rasa rendah diri bentuk
murni, tampil sebagai manusia malu-malu, takut-takut dan merasa tidak
aman dalam pergaulan. Mereka suka menghindari pergaulan dalam
masyarakat. Bagi mereka masyarakat merupakan ancaman yang tidak
berwajah. Semua ini disebabkan mereka berpikir bahwa diri mereka tidak
berharga dan tidak dapat berbuat apa-apa. Bentuk rasa rendah diri yang
ditutup-tutupi muncul karena orang yang mengalami rasa rendah diri
merasa tidak enak dengan perasaan rendah dirinya. Untuk mengatasi
keadaan itu, mereka berlagak hebat dan gagah-gagahan. Maka lahirlah
manusia-manusia penderita sok hebat, mau menang sendiri atau bahkan
bermental Don Juan dalam bidang seks.
Hidup orang yang
dikuasai oleh rasa rendah diri tidak bahagia. Bagi mereka hidup ini
berat dan tidak simpatik. Dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa
hanya orang-orang lain saja yang beruntung. Sedangkan mereka sendiri
selalu sial. Dan kenyataannya mereka memang sukar berhasil. Karena
mereka terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri dan terlalu
memperhatikan cacat-cacat mereka. Akibatnya, mereka sukar masuk dan
menyesuaikan diri, apalagi menanggapi tuntutan lingkungan hidup mereka.
Ketidakbahagiaan orang yang dikuasai oleh rasa rendah diri bertambah
karena mereka suka membandingkan diri dengan orang-orang di sekitarnya.
Kalau hasil perbandingan itu menunjukkan mereka lebih rendah dari orang
lain, mereka menjadi panas hati dan iri. Kalau hasilnya menunjukkan
mereka lebih tinggi dari orang lain, mereka menjadi sombong dan besar
kepala. Lebih lanjut, mereka tidak pernah tenang dengan diri mereka
sendiri, dan sulit berdamai dengan orang-orang lain.
Orang-orang yang
dihinggapi oleh rasa rendah diri ini sedikit demi sedikit dapat sembuh
dan bebas dari gangguan penyakit mereka dengan mulai berusaha untuk
mengenali diri sendiri dan menerimanya dengan tenang. Mereka harus
mencoba menemukan dalam diri sendiri sebab-sebab yang membuahkan rasa
rendah diri dalam hati mereka. Apakah karena alasan fisik, mental atau
sosial. Sebab-sebab yang sudah ditemukan itu harus dianalisis dan dikaji
kebenarannya. Kalau sesudah renungan pribadi itu, mereka tidak
menemukan satu sebab pun; secepat mungkin mereka harus membuang rasa
rendah diri itu. Kalau sebab-sebab itu benar, mereka harus mengambil
langkah yang sesuai. Kalau penyebab rasa rendah dirinya cacat-cacat
fisik atau mental, mereka harus mulai menghilangkan yang dapat
dihilangkan dan mengurangi yang dapat dikurangi. Cacat-cacat yang tidak
dapat dihilangkan atau dikurangi harus diterima sebagai kenyataan. Dalam
hal rasa rendah diri sosial, mereka harus menerima perlakuan orang atau
masyarakat di masa lampau sebagai hal yang sudah terjadi. Tinggal
mereka memanfaatkannya sebagai landasan untuk melangkah ke masa depan.
Orang-orang yang
dikuasi oleh rasa rendah diri sebaiknya menyadari bahwa setiap manusia
diciptakan unik, tidak ada duanya. Setiap manusia memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Tidak ada manusia yang sempurna, tanpa sesuatu
kekurangan atau cacat apa pun. Maka yang utama dalam hidup ini adalah
menjadi diri sendiri dan mengambil peranan sesuai dengan kadar
pribadinya. Untuk ini orang harus mengembangkan diri dengan memupuk
segi-segi positif yang ada pada dirinya. Sebab hanya dengan demikian
sumbangan dan jasa seseorang kepada hidup dan lingkungannya menjadi
berarti. Kalau tahap pemupukan segi-segi yang positif itu mencapai taraf
yang tinggi, masyarakat tidak ambil pusing lagi akan cacat atau
kekurangannya. Sebab hal-hal yang positif, sumbangan dan jasanya telah
menutup segala cacat dan kekurangan itu. Selanjutnya dengan berhasil
menjadi diri sendiri serta mengambil peranan dalam hidup yang sesuai
ini, manusia mencapai kemantapan diri dan tidak merasa perlu lagi untuk
membandingkan diri dengan manusia-manusia di sekitarnya.
Akhirnya, bagaimanapun
keadaannya, diri manusia adalah anugerah Tuhan. Anugerah itu harus
diterima dan dicintai. Caranya berusaha menjadi tenteram dengan diri
sendiri, mengembangkannya menurut kemungkinan yang ada. Hanya dengan
demikian manusia menjadi dirinya sendiri dan mampu menyumbangkan diri sebagaimana
dia mampu. Dengan demikian dia menjadi manusia yang berhasil dalam
kehidupan ini. Di situlah letak harga dirinya. Dan di situlah pula letak
kebahagiaannya.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 15 Juli 2013
Suko Waspodo
antologi puisi suko
Ilustrasi: www.infospesial.net
Ilustrasi: www.infospesial.net
0 comments:
Posting Komentar