Welcome...Selamat Datang...

Sabtu, 21 September 2013

Mengatasi Rasa Rendah Diri

Rasa rendah diri alias minder merupakan suatu hal yang sudah nge-top di kalangan masyarakat. Banyak orang sudah mengenalnya. Hal ini sudah sering menjadi pembicaraan, sambil duduk-duduk di warung, maupun secara serius dalam seminar yang dihadiri para ahli dan tamu-tamu terhormat. Tidak mengherankan, karena katanya, banyak orang sudah dikuasai oleh rasa minder ini, entah sungguhan atau sekedar bayangan.

Ada beberapa sebab yang membuat orang menjadi rendah diri. Oleh karena itu kita mengenal beberapa jenisnya. Ada rasa rendah diri fisik, yang disebabkan oleh cacat-cacat tubuh, seperti kegemukan, gigi tak rapi, tangan lumpuh, kaki timpang. Ada rasa rendah diri mental, yang diakibatkan oleh hal-hal seperti daya tangkap rendah, bakat kecil, kemampuan sedikit. Ada rasa rendah diri sosial, yang diakibatkan oleh perlakuan orang lain atau masyarakat di masa lampau yang tidak wajar. Seseorang dapat kejangkitan rasa rendah diri, karena sejak kecil selalu terpojok dan tidak mendapatkan perlakuan sebagaimana mestinya. Sekelompok masyarakat dapat beramai-ramai menderita rasa rendah diri karena dipandang dan diperlakukan sebagai kelompok masyarakat yang rendah, entah alasan warna kulit atau alasan keagamaan.

Gejala rasa rendah diri dapat muncul dalam dua bentuk pokok. Ada bentuk yang murni. Ada bentuk yang ditutup-tutupi. Orang yang menderita rasa rendah diri bentuk murni, tampil sebagai manusia malu-malu, takut-takut dan merasa tidak aman dalam pergaulan. Mereka suka menghindari pergaulan dalam masyarakat. Bagi mereka masyarakat merupakan ancaman yang tidak berwajah. Semua ini disebabkan mereka berpikir bahwa diri mereka tidak berharga dan tidak dapat berbuat apa-apa. Bentuk rasa rendah diri yang ditutup-tutupi muncul karena orang yang mengalami rasa rendah diri merasa tidak enak dengan perasaan rendah dirinya. Untuk mengatasi keadaan itu, mereka berlagak hebat dan gagah-gagahan. Maka lahirlah manusia-manusia penderita sok hebat, mau menang sendiri atau bahkan bermental Don Juan dalam bidang seks.

Hidup orang yang dikuasai oleh rasa rendah diri tidak bahagia. Bagi mereka hidup ini berat dan tidak simpatik. Dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa hanya orang-orang lain saja yang beruntung. Sedangkan mereka sendiri selalu sial. Dan kenyataannya mereka memang sukar berhasil. Karena mereka terlalu sibuk dengan diri mereka sendiri dan terlalu memperhatikan cacat-cacat mereka. Akibatnya, mereka sukar masuk dan menyesuaikan diri, apalagi menanggapi tuntutan lingkungan hidup mereka. Ketidakbahagiaan orang yang dikuasai oleh rasa rendah diri bertambah karena mereka suka membandingkan diri dengan orang-orang di sekitarnya. Kalau hasil perbandingan itu menunjukkan mereka lebih rendah dari orang lain, mereka menjadi panas hati dan iri. Kalau hasilnya menunjukkan mereka lebih tinggi dari orang lain, mereka menjadi sombong dan besar kepala. Lebih lanjut, mereka tidak pernah tenang dengan diri mereka sendiri, dan sulit berdamai dengan orang-orang lain.

Orang-orang yang dihinggapi oleh rasa rendah diri ini sedikit demi sedikit dapat sembuh dan bebas dari gangguan penyakit mereka dengan mulai berusaha untuk mengenali diri sendiri dan menerimanya dengan tenang. Mereka harus mencoba menemukan dalam diri sendiri sebab-sebab yang membuahkan rasa rendah diri dalam hati mereka. Apakah karena alasan fisik, mental atau sosial. Sebab-sebab yang sudah ditemukan itu harus dianalisis dan dikaji kebenarannya. Kalau sesudah renungan pribadi itu, mereka tidak menemukan satu sebab pun; secepat mungkin mereka harus membuang rasa rendah diri itu. Kalau sebab-sebab itu benar, mereka harus mengambil langkah yang sesuai. Kalau penyebab rasa rendah dirinya cacat-cacat fisik atau mental, mereka harus mulai menghilangkan yang dapat dihilangkan dan mengurangi yang dapat dikurangi. Cacat-cacat yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi harus diterima sebagai kenyataan. Dalam hal rasa rendah diri sosial, mereka harus menerima perlakuan orang atau masyarakat di masa lampau sebagai hal yang sudah terjadi. Tinggal mereka memanfaatkannya sebagai landasan untuk melangkah ke masa depan.

Orang-orang yang dikuasi oleh rasa rendah diri sebaiknya menyadari bahwa setiap manusia diciptakan unik, tidak ada duanya. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada manusia yang sempurna, tanpa sesuatu kekurangan atau cacat apa pun. Maka yang utama dalam hidup ini adalah menjadi diri sendiri dan mengambil peranan sesuai dengan kadar pribadinya. Untuk ini orang harus mengembangkan diri dengan memupuk segi-segi positif yang ada pada dirinya. Sebab hanya dengan demikian sumbangan dan jasa seseorang kepada hidup dan lingkungannya menjadi berarti. Kalau tahap pemupukan segi-segi yang positif itu mencapai taraf yang tinggi, masyarakat tidak ambil pusing lagi akan cacat atau kekurangannya. Sebab hal-hal yang positif, sumbangan dan jasanya telah menutup segala cacat dan kekurangan itu. Selanjutnya dengan berhasil menjadi diri sendiri serta mengambil peranan dalam hidup yang sesuai ini, manusia mencapai kemantapan diri dan tidak merasa perlu lagi untuk membandingkan diri dengan manusia-manusia di sekitarnya.

Akhirnya, bagaimanapun keadaannya, diri manusia adalah anugerah Tuhan. Anugerah itu harus diterima dan dicintai. Caranya berusaha menjadi tenteram dengan diri sendiri, mengembangkannya menurut kemungkinan yang ada. Hanya dengan demikian manusia menjadi dirinya sendiri dan mampu menyumbangkan diri sebagaimana dia mampu. Dengan demikian dia menjadi manusia yang berhasil dalam kehidupan ini. Di situlah letak harga dirinya. Dan di situlah pula letak kebahagiaannya.

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Senin, 15 Juli 2013
Suko Waspodo
antologi puisi suko
Ilustrasi: www.infospesial.net

0 comments:

Posting Komentar