Rasa serba kelabu atau
kecil hati sering juga disebut pesimis. Orang-orang yang terkungkung
oleh rasa serba kelabu memandang seluruh hidup ini dari sisi gelapnya.
Di mata mereka tidak ada hal yang baik dan ideal. Semua serba kurang,
serba cacat, serba tidak sempurna. Keadaan, lingkungan, iklim, negara,
masyarakat, kehidupan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, keagamaan,
orang tua, orang muda serta apa saja ada dalam keadaan bobrok, rusak dan
kacau. Ke mana pun pergi, mereka membawa wajah sedih, berita susah dan
kabar buruk. Juga kalau mereka menemukan hal yang baik, mereka selalu
menemukan segi negatifnya.
Orang-orang yang
pesimis, rupanya tidak tahu apa yang mau dicapai dalam hidup ini. Mereka
tidak pernah dapat puas. Tetapi juga tidak ada manusia atau hal yang
dapat menghilangkan rasa tidak puas mereka. Melihat matahari pagi,
mereka mengeluhkan hari yang akan panas. Melihat mendung menggantung di
langit, mereka mengeluh hari yang akan hujan. Dinaikkan jabatannya,
mereka mengomel mengenai tanggung jawab yang akan dipikul. Tidak
dipromosikan, mereka menggerutu mengenai boss-nya
yang tidak adil. Pokoknya hidup mereka serba suram. Dan sayangnya
mereka mau menyebarkan gaya hidup itu di dunia sekitar mereka.
Seolah-olah mereka mau mencari teman dalam penderitaan mereka.
Ada berbagai sebab
yang dapat mengakibatkan seseorang jatuh menjadi korban rasa serba
kelabu. Ada yang karena watak. Orang ini sejak dilahirkan sudah dibekali
oleh kecenderungan untuk menjadi pesimis. Ada yang karena kecewa dengan
hidupnya, entah mengalami kegagalan demi kegagalan atau cita-citanya
tidak kesampaian. Ada yang karena menyimpan rasa permusuhan terhadap
dirinya sendiri, keluarga, lingkungan atau masyarakatnya. Rasa
permusuhan ini membuatnya kehilangan kegembiraan dan menggelapkan
pandangannya.
Apa pun sebabnya, rasa
serba kelabu membuat mereka yang dikuasainya takut menghadapi
perjuangan hidup dan takut mengarah ke masa depan. Sebab di dalam benak
mereka, hidup ini hanya penuh dengan hal-hal yang negatif dan masa depan
tampak selalu suram. Gaya hidup penderita rasa serba kelabu ini pada
gilirannya mengurangi kebahagiaan hidup orang lain. Hidup ini sudah
banyak susah dan derita. Orang tidak membutuhkan kesusahan dan
penderitaan ditambah-tambah tanpa perlu. Dalam
kehidupan ini orang lebih mengharapkan dukungan, semangat dan sumber
kegairahan justru untuk mengatasi segala kesusahan dan penderitaan di
dunia ini. Dengan demikian orang mendapatkan keyakinan bahwa dia mampu
menghadapi tantangan hidup dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Orang-orang yang
terjerat oleh rasa serba kelabu dapat terbantu untuk mengurangi kabut
gelap yang menyelubungi diri mereka, kalau mereka mau menyadari bahwa
jalan pikiran mereka tidak benar seluruhnya. Hidup memang ada segi
negatifnya, tetapi tidak seluruhnya terdiri dari bahaya saja. Mereka
seharusnya sedikit demi sedikit membentuk pandangan yang seimbang. Dan seandainya dalam hidup ini penderita betul-betul menghadapi kesusahan dan penderitaan, banyak orang akan bersedia membantu.
Manusia diciptakan
bukan untuk menderita dan menanggung susah. Tetapi untuk berbahagia.
Maka memenuhi pikiran dengan impian-impian buruk hanya melumpuhkan diri.
Lebih lanjut orang akan menjadi takut berusaha menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi dan berjuang untuk mencapai sesuatu yang
berarti. Sedangkan apabila orang memandang hidup secara lebih seimbang
dan menatap titik baik di masa depan, memberikan kekuatan dan harapan.
Mereka yang dihinggapi rasa pesimis diberi bakat untuk berhati-hati. Mereka
sangat peka akan segi-segi negatif, dan bahaya-bahaya dari hal yang
dikerjakan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar mereka.
Tinggal mereka mengolah bakat itu serta mengarahkannya secara baik.
Dengan demikian, dengan tetap memelihara sikap hati-hati mereka, mereka
dapat menjelma menjadi manusia yang tidak gegabah, namun tekun dan
berani menyongsong hidup dan tantangannya. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Minggu, 14 Juli 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar