Welcome...Selamat Datang...

Senin, 05 April 2021

Seandainya Cinta adalah Sebuah Puisi

 


Bahkan untuk mulai mendefinisikan betapa aku sangat jatuh cinta padamu, aku membutuhkan kapasitas seribu halaman naskah yang ditulis dengan idiom paling romantis.

Masing-masing, dan setiap retensi kita tersimpan di belakang kesadaranku, dan tersembunyi jauh di dalam hatiku.

Setiap memori indah diputar di kepalaku seperti musik lembut.

Aku akan mengatakan hatiku tidak tergoyahkan. Ada hari-hari ketika aku mencoba untuk tinggal di pikiranmu, tetapi tidak tertahankan bagiku untuk melakukannya.

Aku begitu terserap dalam kesempurnaanmu. Aku tidak berpikir ada satu hari pun bahwa engkau telah lolos dari pikiranku.

Aku bisa merasakan kehadiranmu bersamaku jika aku merenungkan kenangan kita cukup dalam. Kehadiranmu sangat memenuhi hatiku. Seolah-olah bagian dari jiwamu menempati celah-celahnya, dan mengisi celah-celahku.

Matamu adalah gema dari seratus galaksi jauh yang belum pernah diungkapkan manusia. Jendela besar yang mencerminkan rasi bintang.

Hatiku yakin alam semesta berada di dalamnya.

Ketika aku mulai mempelajari wajahmu, aku merasa tidak ada apa-apa selain cinta yang bisa eksis.

Kesempurnaan kemilaumu tidak pernah berhenti melemahkan aku.

Engkau melemahkan aku dengan cinta, kepercayaan, dan keinginan. Seperti spesimen terbaik yang dibuat oleh tangan para dewa.

Ketika aku mengantisipasi konotasi cinta, implikasinya adalah engkau.

Bahkan jika api untuk apa yang engkau rasakan untukku mati, aku tidak beralasan gairah yang aku miliki untukmu akan pernah redup.

Aku tidak mulai mengingat jika aku pernah merasakan hal ini.

Aku membiarkan gairah ini dihargai seperti batu yang paling langka.

Aku akan menyerahkan seluruh dunia jika itu berarti aku boleh memilikimu dalam hidupku tanpa akhir.

Kebahagiaanmu sangat penting bagiku, ketika aku mempelajari senyummu, aku bisa mengabaikan kegelapan realitas yang membusuk ini.
 
Setiap detak jantung waktu mulutku menyatakan dua kata yang tidak bersahaja.

"Aku mencintaimu".

Aku mengatakannya seperti doa.

Tidak satu saat pun lidahku mengungkapkan kata-kata kotor terhadap kata-kata emas puisi ini. Aku mencintaimu.

" Aku mencintaimu" . Dan hanya engkau saja.

Aku berkubang dalam kesedihanku sendiri saat memikirkan kulminasi, ketika suatu hari kita akan berpisah di tangan maut.

Karena aku sangat membedakan bahwa engkau sama-sama mencintaiku, dan ini membawa kesenangan besar pada temperamenku.

Aku merasakan keamanan dalam pengepunganmu, hatimu adalah rumahku.

Hatiku cemas akan kelemahanku yang rapuh yang aku konsumsi ketika aku memimpikanmu.

Engkau membuat aku rentan terhadap penyakit cinta.

Seandainya cinta adalah sebuah puisi, puisi itu adalah engkau.


***
Solo, Selasa, 10 Desember 2019. 8:15 pm
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
antologi puisi suko
ilustr: Annie's Poetry

 

0 comments:

Posting Komentar