Pola kepemimpinan dengan blusukan ke kampung-kampung dan
mendengar langsung aspirasi warga tak selalu berbuah tanggapan positif bagi
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Seusai blusukan
dari empat tempat pada Kamis, 19 Desember 2013, Jokowi makan di sebuah restoran
di daerah Jakarta Barat. Di atas meja makan itulah, Jokowi mencurahkan suka
dukanya soal blusukan di
kampung-kampung seperti yang selama ini dilakukan.
Curhat Jokowi dimulai ketika
Jokowi menceritakan pentingnya blusukan.
"Semua itu memang harus dicek berkali-kali.
Sekali dicek, dua kali dicek, tiga kali dicek, terakhir dicek
lagi," ujarnya penuh semangat. "Kita itu harus pastikan apa yang di
lapangan itu sesuai dengan desain dan rencana. Jangan sampai melenceng,"
lanjut Jokowi.
Walaupun demikian, Jokowi mengaku
tetap saja mendapat komentar miring, terutama dari lawan politik. Jokowi
dianggap pencitraan. "Ini baru ngecek
sekali dua kali saja sudah dibilang pencitraan. Ada yang bilang, 'Ngapain sih ke situ berkali-kali'.
Mereka ndak paham apa kalau semua itu
harus dipantau langsung," ujar Jokowi.
Jokowi mencontohkan mantan
perdana menteri Singapura, Lee Kuan Yew. Pria yang menjabat menjadi perdana
menteri selama tiga periode tersebut merupakan tokoh pembangunan Singapura yang
dijadikan panutan oleh politikus PDI Perjuangan tersebut. "Lee Kuan Yew
itu ngecek sampai berkali-kali loh. Dicek sampai sedetail-detailnya. Itu
baru Perdana Menteri. Apalagi saya yang cuma gubernur, harusnya lebih dari itu
dong," kata Jokowi.
Baginya, komentar positif maupun komentar
negatif, semua dianggapnya sebagai angin lalu saja. Menurut Jokowi, pro dan
kontra sampai kapan pun akan tetap ada. Tetapi, di tengah itu, ada celah yang
dinamakan Jokowi sebagai kerja. Hanya kata itu yang menjadi kepentingan Jokowi
dalam menunaikan tugasnya sebagai Gubernur Jakarta. "Terus kalau begitu gimana? Ya sudah biar saja. Kerja
pokoknya," lanjut Jokowi sambil tertawa. Merdeka!
Salam damai penuh cinta.
***
Jumat, 20 Desember 2013
0 comments:
Posting Komentar