Peneliti Institut Riset Indonesia
(Insis), Mochtar W Oetomo mengungkapkan, rakyat semakin membutuhkan alternatif
tokoh muda untuk menjadi presiden pada
pemilu 2014. Dalam risetnya untuk presiden favorit di bawah usia 55 tahun,
Mochtar, membeberkan nama Priyo Budi Santoso, menjadi tokoh favorit di
peringkat kedua setelah Jokowi.
"Joko Widodo (Jokowi)
menjadi figur yang paling besar
popularitasnya. Namun, Priyo Budi Santoso menjadi tokoh muda terpopuler
di bawahnya. Popularitasnya sebesar 78,59 persen di 2013," katanya dalam
keteranganya di Jakarta, Minggu, 12 Januari 2014.
Sementara itu, Hary Tanoesoedibyo
(HT) melesat pesat berada di posisi ketiga untuk tokoh muda di bawah 55 tahun
dengan tingkat popularitas sebesar 75,79 persen. Menyusul mereka di bawahnya HT
secara berturut-turut adalah Hidayat Nur Wahid (64,95 persen), Muhaimin
Iskandar (62,89) Puan Maharani (58,69 persen), Zulkifli Hasan (48,69 persen),
Ahmad Yani ((42,33 persen). "Sisanya, diisi oleh Anies Baswedan (42,24
persen), Gita Wirjawan (31,86 persen), Fery Mursyidan (23,92 persen), Ahmad
Muzani (21,77 persen), dan MS Kaban (10,46 persen)," jelasnya lebih lanjut.
Kepopuleran tokoh muda ini dapat
menjadi modal penting dalam Pilpres 2014, sebab dalam survei ini terungkap
mayoritas responden menilai pentingnya ada regenerasi kepemimpinan penting dan
sangat penting mencapai 93,44 persen. Di lain pihak yang mengatakan tidak
penting dan sangat tidak penting 2,71 persen dan menjawab tidak tahu hanya 3,82
persen.
Para responden yang berpendapat
perlu adanya pemimpin alternatif juga tinggi. Tercatat ada 71,02 persen
responden manyatakan perlu dan sangat perlu.
Sementara yang menyatakan tidak perlu (10,74 persen), dan tidak tahu
(18,22 persen).
Dalam survei kali ini, responden juga ditanyai apakah akan
menggunakan hak pilihnya atau tidak pada Pilpres 2014. Setelah itu, responden
ditanyai tentang tingkat pengenalan sejumlah tokoh nasional. Tokoh nasional itu
dibedakan dalam dua kategori. Usia di bawah 55 tahun dan di atas 55 tahun.
Hak pilih jika capres di Pilpres
2014 berusia di atas 55 tahun hanya 63,36 persen. Sementara itu, yang tidak
menggunakan hak pilih (8,31 persen), dan tidak tahu/tidak jawab (28,31 persen).
Kondisi ini berbeda ketika diajukan pertanyaan ke responden jika yang maju di
Pilpres 2014 adalah capres yang umurnya kurang dari 55 tahun. Ketika capresnya
berusia di bawah 55 tahun, responden yang akan menggunakan hak pilihnya
melonjak menjadi 81,86 persen, tidak menggunakan hak pilih (4,2 persen) dan
tidak menjawab (13,92 persen).
Survei Insis tersebut dilaksanakan
4 Desember 2013 sampai 8 Januari 2014 di 34 Provinsi di seluruh Indonesia.
Menggunakan metodologi rambang berjenjang (multistage random sampling). Jumlah
responden sebanyak 1.070 orang. Margin of error ±3 persen. Level of Confidence
95 persen. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan
pedoman kuesioner.
Selain memperhatikan hasil survey
tadi kita juga bisa menengok kepemimpinan negeri ini di masa lalu. Indonesia
pernah dipimpin oleh Presiden yang masih muda di awal berdirinya, Bung Karno.
Usianya belum genap 50 tahun waktu itu. Demikian pula di awal Orde Baru,
Soeharto memimpin negeri ini juga dalam usia yang relatif muda. Di awal-awal
kepemimpinan mereka negeri ini pernah mengalami
era yang cukup mengagumkan dan diperhitungkan dalam percaturan dunia,
dengan kekhasan cara mereka memimpin negeri ini. Meski di dalam perjalanan
kepemimpinan mereka kemudian terjadi
kecenderungan otoriter dan mau berkuasa seumur hidup karena godaan
tahta, harta maupun wanita.
Tatkala memasuki era reformasi,
negeri ini belum pernah dipimpin oleh pemimpin muda lagi. Saat memimpin negeri
ini, Habibi, Gus Dur, Megawati dan SBY relatif
tidak muda lagi. Mereka adalah para politisi tua hasil bentukan era Orde
Lama maupun Orde Baru dan terbukti tidak bisa membawa negeri ini ke kondisi
yang lebih baik. Tidak reformist
apalagi revolusioner.
Mereka memimpin dengan cara-cara
yang tidak revolusioner. Tidak banyak langkah-langkah baru. Korupsi semakin
menggurita, hutang negara semakin menumpuk.
Tidak ada supremasi hukum. Politik uang berlangsung disemua lini
kekuasaan negeri ini. Tidak ada ketegasan dalam pelaksanaan kebijakan negara.
Di era ini tidak ada presiden yang benar-benar dicintai oleh rakyat.
Pada pergantian kepemimpinan 2014
nanti sudah saatnya kita memilki pemimpin yang masih relatif muda. Kita butuh
pemimpin yang memiliki kharisma, dicintai rakyat dan memiliki kemampuan menata
negeri ini dengan kemampuan management yang
berbeda. Pemimpin yang lebih mengedepankan kepentingan rakyat daripada
kepentingan partai maupun kelompoknya. Pemimpin yang berani lebih melibatkan
sumber daya orang muda.
Untuk memenuhi kepemimpinan
tersebut tidaklah terlalu sulit. Saat ini Indonesia sedang dalam puncaknya
jumlah usia produktif dan kreatif. Rentang usia antara 25-60 tahun menjadi
jumlah yang paling besar pada statistik kependudukan negeri ini. Jutaan
intelektual muda memenuhi negeri ini. Sudah saatnya mereka diberi peran dan
generasi tua politisi atau negarawan sekalipun harus sudah merelakan diri
digantikan oleh orang-orang muda.
Hasil survei yang lain saat ini
juga menunjukkan bagaimana kecenderungan masyarakat kita dalam memilih pemimpin
mereka yang akan datang. Posisi teratas kans menjadi Presiden yang akan datang
berada pada orang yang saat ini kenyataannya dicintai oleh rakyat (kecil).
Orang yang sangat diidolakan dan dikagumi oleh orang muda. Orang yang relatif
bebas dari jerat korupsi, santun dan rendah hati. Dicintai oleh masyarakat
kecil tanpa harus melalui kampanye diri yang berlebihan melainkan justru
dikampanyekan oleh rakyat. Usianya relatif muda dibanding yang lain yang
berambisi menjadi presiden.
Negeri ini butuh pemimpin yang
masih fresh dalam visi. Pemimpin yang
lebih mengutamakan jeneng daripada jenang, artinya mengutamakan pentingnya
nama harum dalam sejarah hidupnya dan bukan mementingkan harta benda. Pemimpin
yang sepi ing pamrih rame ing gawe.
Mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.
Rakyat negeri ini harus bergandeng
tangan dalam mencapai keinginan mereka memperoleh Presiden baru. Para politisi
sejati juga harus lebih mengedepankan
kepentingan umum dengan mendukung pemimpin sejati yang berpihak pada
kepentingan rakyat kecil negeri ini. Pemimpin yang masih muda dan fresh dalam visi dan misi menjadi suatu
yang mutlak bagi negeri ini kalau mau menjadi lebih baik. Sudah saatnya negeri
ini dipimpin kembali oleh Presiden muda. Selamat menyambut hiruk pikuk Pemilu
2014. Selamat datang Presiden muda dan para pemimpin muda. Mari kita bangun
negeri ini dengan semangat baru agar menjadi lebih baik bagi rakyat. Merdeka!
Salam damai penuh cinta.
Referensi: Hasil Survei
Insis: Capres Favorit Usia di Bawah 55 Tahun
***
Solo, Minggu, 12 Januari 2014
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar