Pengamat politik dari Universitas
Indonesia, Hamdi Muluk, menilai ada tiga alasan yang membuat elektabilitas
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi selalu tinggi dalam sejumlah
survei kandidat calon presiden 2014. Ketiganya disebabkan oleh kurang
maksimalnya kinerja mesin partai politik dalam melakukan kaderisasi.
Hamdi berpendapat, saat ini
masyarakat telah mengultuskan Jokowi sebagai sosok "Ratu Adil". Di
dalam mitologi, sosok ratu adil digambarkan sebagai sosok pemimpin yang mampu
membawa keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi masyarakat. "Sosok
itulah yang dianggap masyarakat ada di dalam diri Jokowi," kata Hamdi
dalam diskusi yang diselenggarakan lembaga riset Cyrus Network di Jakarta,
Minggu, 15 Desember 2013.
Lebih lanjut menurut Hamdi,
pengultusan itu pada akhirnya membuat sejumlah lembaga survei enggan untuk
melakukan riset buruk terkait Jokowi. Namun, ia menegaskan, kultus tersebut
tidak terlepas dari akibat belum adanya kandidat kuat calon presiden dari
partai politik yang dianggap dapat mewakili keinginan masyarakat.
Hingga saat ini parpol mengusung
figur lama yang tengah menjabat sebagai ketua umum parpol. Sebut saja Partai
Golkar yang mengusung ketua umumnya Aburizal Bakrie, Partai Gerindra dengan
Prabowo Subianto, atau PDI Perjuangan dengan Megawati Soekarnoputri.
"Generasi mereka ini sudah lewat. Yang terjadi justru emoh politik,"
kata Hamdi.
Perihal lain yang menyebabka nama
Jokowi jadi favorit adalah keengganan parpol mengeluarkan kader berkualitas.
Parpol di Indonesia cenderung hanya ingin menonjolkan sosok kader yang dianggap
dekat dengan pimpinan parpol. Hal itu secara tidak langsung menyebabkan
timbulnya oligarki politik di dalam parpol.
Sementara itu, Direktur Eksekutif
Cyrus Network Hasan Nasbi mengatakan, tingginya elektabilitas Jokowi membuat
kondisi perpolitikan Indonesia jelang Pemilu 2014 tidak kondusif. Hal itu
menyebabkan sosok pimpinan yang dianggap mampu mewakili aspirasi masyarakat
hanya ada satu, yakni Jokowi. Jika Jokowi maju dan menang dalam pemilu
mendatang, maka seolah ia menang tanpa melalui tahap kompetisi.
"Persoalannya, ketiadaan kompetisi ini apakah jadi yang terbaik atau
tidak?" ujar Hasan.
Inilah situasi terbaru
perkembangan elektabilitas Jokowi yang semakin menarik. Merdeka!
Salam damai penuh cinta.
***
Minggu, 15 Desember 2013
0 comments:
Posting Komentar