Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo
terbukti ampuh meningkatkan perolehan suara partai bila diusung sebagai calon
presiden. Hal itu dapat terbukti dari hasil survei yang dilakukan Cyrus
Network.
Jokowi terlihat dapat mendongkrak
suara partai manapun yang akan mendukungnya sebagai capres pada Pemilu 2014.
Survei dilakukan oleh Cyrus
Network mengambil sampel 1.020 responden yang tersebar di 204 desa/keluarah di
33 provinsi. Tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen dan margin eror
sebesar 3,1 persen. Survei dilakukan dua kali, yakni 21-27 Agustus 2013 dan
13-17 September 2013.
Menurut Eko David Dafianto,
Direktur Riset Cyrus Network, apabila PDIP mengusung Jokowi maka kader partai
akan memilih partai berlambang Banteng sebanyak 16,2 persen dan pemilih dari
non PDIP mencapai 43,9 persen. "Sehingga total PDIP akan mendapat 60,1
persen jika mengusung Jokowi sebelum Pileg 2014," kata Eko di kantor Cyrus
Network, Jakarta, Minggu, 15 Desember 2013.
Hasil itu berbeda apabila PDIP
mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden. Kader PDIP yang
memilihnya hanya 11,2 persen dan dari non PDIP 14,5 persen. Total pemilih yang
memilih PDIP dengan capres Megawati hanya 26,4 persen.
Sedangkan hasil lainnya jika PDIP
mengusung Prabowo Subianto yang tidak diusung oleh Partai Gerindra, maka
pemilih dari kader PDIP sebanyak 8,2 persen dan dari non PDIP 23,3 persen.
Total PDIP jika mengusung Prabowo mendapat 32,1 persen.
Hasil lain, seandainya Jokowi
diusung oleh Partai Gerindra. Gerindra akan mendapat total pemilih sebanyak
48,0 persen jika mengusung Jokowi, yang terdiri atas 6,0 persen pemilih dari
kader Gerindra, dan 42,0 persen pemilih dari non Gerindra.
Jika Gerindra tetap mengusung
Prabowo maka kadernya yang akan memilih hanya 7,3 persen dan pemilih dari non
Gerindra sebesar 21,9 persen. Total pemilih yang akan memilih Gerindra dengan
capres Prabowo mencapai 29,8 persen.
Selanjutnya apabila Gerindra
memilih mengusung Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama, maka hanya akan
mendapat presentase pemilih sebesar 15,6 persen yang terdiri atas 3,0 persen
pemilih dari kader Gerindra dan 12,6 persen dari non Gerindra.
Kemudian Partai Golkar juga
mendapatkan 53,0 persen pemilih, yang terdiri atas 14,0 persen pemilih dari
kader Golkar, dan 39,0 persen dari non Golkar apabila mengusung Jokowi.
Perolehan presentase itu
mengalahkan nama Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie yang hanya mendapat 29,8
persen pemilih. Perolehan pemilih Capres yang sudah diusung Golkar itu
merupakan total dari 14,0 persen pemilih dari kader Golkar dan 15,8 persen dari
non Golkar.
Sementara seandainya Golkar
mengusung mantan Ketua Umumnya, Jusuf Kalla (JK), maka Golkar hanya mendapat
11,2 persen pemilih dari kadernya, dan dari non Golkar 15,4 persen. Total yang
memilih Golkar jika mengusung JK adalah 26,6 persen.
Lebih lanjut apabila Partai Bulan
Bintang (PBB) mengusung Jokowi, maka perolehan suara yang bisa didapat sebanyak
46,6 persen.
Sedangkan seandainya PKPI
mengusung Jokowi maka perolehan suara yang bisa didapat partai pimpinan
Sutiyoso itu sebesar 43,5 persen. Terakhir bila Partai NasDem mendukung Jokowi
sebagai calon presiden maka partai tersebut dapat memperoleh suara sebanyak
47,9 persen.
Hasil survei ini sungguh menarik.
Jadi apapun partainya jika Jokowi capresnya maka kemungkinan besar akan mampu
menguasai Senayan. Sungguh Jokowi merupakan vote
getter yang dahsyat. Hal ini seharusnya segera disikapi positif oleh PDI-P
kalau mereka tidak mau kehilangan momentum. Jokowi merupakan kenyataan sejarah
bagi negeri ini dan jangan sampai PDI-P tidak menjadi bagian dari sejarah itu.
Merdeka!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Senin, 16 Desember 2013
0 comments:
Posting Komentar