Sungguh sebuah lelucon yang tidak
lucu dan sekaligus memalukan. Rhoma Irama mempersoalkan keberadaan MK dan
mengusulkan meleburkannya dengan MA atau menghapuskannya. Dia menganggap fungsi
Mahkamah Konstitusi tumpang tindih dengan Mahkamah Agung. Lelucon tidak lucu
dan memalukan karena anak SMA pun tahu bahwa MA dan MK berbeda fungsinya.
Parahnya lagi ini disampaikan oleh orang yang berambisi menjadi presiden negeri
ini.
Seperti diberitakan, saat menjadi
pembicara dalam seminar politik yang digelar oleh Fraksi PKB di MPR hari ini,
Rhoma berpendapat, fungsi MK tumpang tindih dengan MA. Oleh karena itu, dia
menyarankan agar MK dibubarkan atau dilebur dengan MA.
Dengan begitu, menurutnya,
kepercayaan pemerintah terhadap lembaga hukum akan kembali. Selain itu, hal
tersebut juga dapat merampingkan sistem pemerintahan yang dianggapnya terlalu
gemuk.
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK)
Hamdan Zoelva mempertanyakan pernyataan pedangdut Rhoma Irama yang menyebut fungsi
MK tumpang tindih dengan Mahkamah Agung (MA). Hamdan pun menilai Rhoma belum
membaca undang-undang yang mengatur tentang hal itu.
"Mungkin Rhoma belum baca
kali. Itu beda sekali (fungsi MK dan MA). Mungkin beliau belum baca seluruhnya
Undang-Undang Nomor 24, di situ diatur fungsi MK apa, MA apa," kata Hamdan
seusai menjadi pembicara dalam Rakernas Partai Nasdem di Jakarta, Senin, 2
Desember 2013.
Undang-undang yang dimaksud
Hamdan adalah UU 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Undang-undang
tersebut dasar pendirian MK. Usulan Rhoma terkait peleburan MK dan MA, kata
Hamdan, tidak mungkin dilakukan. Hal tersebut sudah jelas bertentangan dengan
undang-undang.
Inilah situasi politik negeri ini
yang mirip panggung dagelan. Seorang yang dianggap raja (hanya raja dangdut)
dan digadang oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membuat pernyataan yang
“cerdas” tentang MA dan MK. Orang yang tidak paham permasalahan malahan banyak
ngomong, tetapi omongan yang ngawur. Maka muncullah pemberitaan yang akan
sangat memalukan yang bersangkutan. Begitulah nasib Rhoma Irama hari ini.
Yang lebih menggelikan lagi bahwa
dia, yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2104
mengklaim ideal jika berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Menurut
Rhoma, dia dan Jokowi sama-sama merakyat.
"Dalam politik tidak ada
yang tidak mungkin. Kalau Rhoma pasangan sama Jokowi sangat mungkin. Ini bisa
jadi pasangan ideal. Saya rasa seperti itu," ujar Rhoma, dalam diskusi
"Mencari Pemimpin Masa Depan Pilihan Umat", Selasa, 3 Desember 2013,
di Kampus Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur.
Menurut dia, kesamaan dirinya dan
Jokowi karena latar belakang dirinya sebagai penyanyi dangdut yang dianggap
milik rakyat.
"Saya lihat Beliau (Jokowi)
orang yang merakyat. Lalu, dangdut itu juga kan segmennya rakyat dan punya
rakyat," ujar Rhoma.
Rhoma menyatakan, ia akan
menggunakan Partai Kebangkitan Bangsa untuk mengantarkan keinginannya maju
sebagai calon presiden. Tetapi, hingga saat ini, PKB belum memastikan capres
yang akan diusungnya.
Saat ini, tiga bakal capres
diwacanakan diusung oleh PKB, yaitu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD,
mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Rhoma Irama.
Seandainya nanti PKB jadi
mencapreskan Rhoma Irama maka bisa dipastikan bakal menjadi peristiwa politik
yang paling kocak namun tolol bagi sejarah negeri ini. Apakah PKB tidak sadar
bahwa pemimpin, apalagi presiden, tidak cukup hanya dilaksanakan oleh orang
yang populer saja? Apakah PKB hanya melihat Rhoma Irama yang dianggap raja
saja? Padahal hanya raja dangdut. Kalau pun pertimbangannya adalah seorang
satria, Rhoma bukanlah satria piningit melainkan hanya satria bergitar. Terkesan
lucu ya? Tapi inilah faktanya.
Pernyataan Rhoma Irama untuk
berpasangan dengan Joko Widodo sungguh ter…la…luuu… Saat ini ada yang
mewacanakan untuk menduetkan Jokowi dengan Megawati saja dianggap tidak pas
apalagi dengan Rhoma. Harus diakui bahwa mungkin Rhoma lebih populer dimata
rakyat sampai pelosok negeri ini dibanding Jokowi tetapi kemampuan
kepemimpinan, kepekaan terhadap rakyat dan kemampuan akademis pasti Jokowi jauh
mengungguli. Paling tidak survei sudah membuktikan itu.
Apabila Rhoma tetap berambisi
untuk berduet dengan Jokowi, paling hanya bisa berlangsung di panggung musik.
Itu pun agak sulit terealisasikan, Jokowi berselera musik rock sedangkan Rhoma
dangdut. Duet dalam menata negeri ini sebagai presiden dan wakil presiden malah
semakin mustahil. Menjadi negarawan tidak segampang menggoyangkan pantat orang
di panggung musik dangdut. Rhoma Irama mengajak duet Jokowi di panggung politik
negeri ini? Sungguh, ter…la…luuu dan tak tahu malu. Ter…la..luuuuu…!!!!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Selasa, 3 Desember 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar