Welcome...Selamat Datang...

Jumat, 24 Januari 2014

Rhoma Irama Mengajak Duet Jokowi? Ter…la..luuu…!

Sungguh sebuah lelucon yang tidak lucu dan sekaligus memalukan. Rhoma Irama mempersoalkan keberadaan MK dan mengusulkan meleburkannya dengan MA atau menghapuskannya. Dia menganggap fungsi Mahkamah Konstitusi tumpang tindih dengan Mahkamah Agung. Lelucon tidak lucu dan memalukan karena anak SMA pun tahu bahwa MA dan MK berbeda fungsinya. Parahnya lagi ini disampaikan oleh orang yang berambisi menjadi presiden negeri ini.

Seperti diberitakan, saat menjadi pembicara dalam seminar politik yang digelar oleh Fraksi PKB di MPR hari ini, Rhoma berpendapat, fungsi MK tumpang tindih dengan MA. Oleh karena itu, dia menyarankan agar MK dibubarkan atau dilebur dengan MA.

Dengan begitu, menurutnya, kepercayaan pemerintah terhadap lembaga hukum akan kembali. Selain itu, hal tersebut juga dapat merampingkan sistem pemerintahan yang dianggapnya terlalu gemuk.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva mempertanyakan pernyataan pedangdut Rhoma Irama yang menyebut fungsi MK tumpang tindih dengan Mahkamah Agung (MA). Hamdan pun menilai Rhoma belum membaca undang-undang yang mengatur tentang hal itu.

"Mungkin Rhoma belum baca kali. Itu beda sekali (fungsi MK dan MA). Mungkin beliau belum baca seluruhnya Undang-Undang Nomor 24, di situ diatur fungsi MK apa, MA apa," kata Hamdan seusai menjadi pembicara dalam Rakernas Partai Nasdem di Jakarta, Senin, 2 Desember 2013.

Undang-undang yang dimaksud Hamdan adalah UU 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Undang-undang tersebut dasar pendirian MK. Usulan Rhoma terkait peleburan MK dan MA, kata Hamdan, tidak mungkin dilakukan. Hal tersebut sudah jelas bertentangan dengan undang-undang.

Inilah situasi politik negeri ini yang mirip panggung dagelan. Seorang yang dianggap raja (hanya raja dangdut) dan digadang oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membuat pernyataan yang “cerdas” tentang MA dan MK. Orang yang tidak paham permasalahan malahan banyak ngomong, tetapi omongan yang ngawur. Maka muncullah pemberitaan yang akan sangat memalukan yang bersangkutan. Begitulah nasib Rhoma Irama hari ini.

Yang lebih menggelikan lagi bahwa dia, yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2104 mengklaim ideal jika berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Menurut Rhoma, dia dan Jokowi sama-sama merakyat.

"Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin. Kalau Rhoma pasangan sama Jokowi sangat mungkin. Ini bisa jadi pasangan ideal. Saya rasa seperti itu," ujar Rhoma, dalam diskusi "Mencari Pemimpin Masa Depan Pilihan Umat", Selasa, 3 Desember 2013, di Kampus Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur.

Menurut dia, kesamaan dirinya dan Jokowi karena latar belakang dirinya sebagai penyanyi dangdut yang dianggap milik rakyat.

"Saya lihat Beliau (Jokowi) orang yang merakyat. Lalu, dangdut itu juga kan segmennya rakyat dan punya rakyat," ujar Rhoma.

Rhoma menyatakan, ia akan menggunakan Partai Kebangkitan Bangsa untuk mengantarkan keinginannya maju sebagai calon presiden. Tetapi, hingga saat ini, PKB belum memastikan capres yang akan diusungnya.

Saat ini, tiga bakal capres diwacanakan diusung oleh PKB, yaitu mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Rhoma Irama.

Seandainya nanti PKB jadi mencapreskan Rhoma Irama maka bisa dipastikan bakal menjadi peristiwa politik yang paling kocak namun tolol bagi sejarah negeri ini. Apakah PKB tidak sadar bahwa pemimpin, apalagi presiden, tidak cukup hanya dilaksanakan oleh orang yang populer saja? Apakah PKB hanya melihat Rhoma Irama yang dianggap raja saja? Padahal hanya raja dangdut. Kalau pun pertimbangannya adalah seorang satria, Rhoma bukanlah satria piningit melainkan hanya satria bergitar. Terkesan lucu ya? Tapi inilah faktanya.

Pernyataan Rhoma Irama untuk berpasangan dengan Joko Widodo sungguh ter…la…luuu… Saat ini ada yang mewacanakan untuk menduetkan Jokowi dengan Megawati saja dianggap tidak pas apalagi dengan Rhoma. Harus diakui bahwa mungkin Rhoma lebih populer dimata rakyat sampai pelosok negeri ini dibanding Jokowi tetapi kemampuan kepemimpinan, kepekaan terhadap rakyat dan kemampuan akademis pasti Jokowi jauh mengungguli. Paling tidak survei sudah membuktikan itu.

Apabila Rhoma tetap berambisi untuk berduet dengan Jokowi, paling hanya bisa berlangsung di panggung musik. Itu pun agak sulit terealisasikan, Jokowi berselera musik rock sedangkan Rhoma dangdut. Duet dalam menata negeri ini sebagai presiden dan wakil presiden malah semakin mustahil. Menjadi negarawan tidak segampang menggoyangkan pantat orang di panggung musik dangdut. Rhoma Irama mengajak duet Jokowi di panggung politik negeri ini? Sungguh, ter…la…luuu dan tak tahu malu. Ter…la..luuuuu…!!!!

Salam damai penuh cinta.

***
Solo, Selasa, 3 Desember 2013
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar