Perumusan
Judul yang Baik
Sungguh tidak mudah bagi seseorang untuk dapat merumuskan judul
karangan atau tulisan yang sedang dibuatnya. Bukan saja bagi para penulis
pemula, bagi para penulis yang sudah berpengalaman sekalipun, merumuskan judul
yang baik dan tepat bukanlah persoalan yang sederhana. Pengalaman menunjukkan
bahwa merumuskan judul yang baik perlu melewati tahapan-tahapan tertentu.
Adakalanya juga, perumusan judul itu harus dilakukan berulang-ulang,
sambil proses menulis itu selesai dilakukan. Bahkan bisa terjadi pula, setelah
seseorang selesai menulis atau mengarang dan siap untuk dipublikasikan,
ternyata judul karangan harus diubah kembali setelah melewati sejumlah
perenungan. Tentu saja hal demikian ini wajar dan boleh-boleh saja. dilakukan
karena memang merumuskan judul yang tepat sama sekali bukanlah persoalan yang
mudah dan sederhana.
Beberapa hal berikut ini kiranya baik untuk dicermati, sekalipun
tidak dapat dipandang sebagai resep yang jitu untuk merumuskan judul karangan:
- Harus setali dengan tema karangan, maka harus
kelihatan benang merahnya.
- Harus sesuai dengan isi karangan, maka dalam
karangan ilmiah ini mutlak, dalam karangan naratif tidak.
- Harus dirumuskan dalam bentuk frasa, bukan
kalimat melainkan frasa yang menantang.
- Harus dirumuskan dengan jelas sehingga akan
dapat membantu mengendalikan variabel dan membantu merumuskan ancangan,
membantu pengukuran.
- Harus dirumuskan dengan singkat, mudah
ditangkap oleh indra, mudah dilihat (eye-catching),
tidak mengunakan kiasan.
Namun harus dicatat baik-baik bahwa perumusan judul yang baik akan
dapat dilakukan oleh seorang penulis atau pengarang setelah dia melewati
beberapa tahapan perumusan, bahkan setelah tahapan pengendapan tertentu.
Penulisan
Judul yang Benar
Judul yang tepat dan
penulisan yang benar tidak hanya membutuhkan rangkaian kalimat yang unik,
menarik, dan kontekstual, tetapi juga rapi dan sesuai kaidah. Tata penulisan
yang amburadul hanya akan membuat calon pembaca merasa penulis tidak memiliki kemampuan
yang terpercaya, sehingga jangankan lanjut membaca, melirik lagi saja belum
tentu berkenan.
Supaya terhindar
dari kesalahan tersebut, mari kita cermati dan pahami penjelasan cara penulisan judul yang tepat
menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia berikut:
1. Setiap Huruf di Awal Kata Ditulis Dengan Huruf Kapital
Ada beberapa
ragam cara penulisan judul, di antaranya adalah menulis keseluruhan huruf
dengan huruf kapital, contoh: BADAI PASTI BERLALU. Cara itu tidak salah, tetapi
menimbang dari segi kerapian, banyak orang yang lebih memilih cara
konvensional. Cara penulisan judul yang benar adalah menulis setiap awal kata
dengan huruf kapital, terutama huruf pada kata paling depan perhatikan contoh
judul ini: Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Burung-Burung Manyar, Hujan
Kepagian, Ronggeng Dukuh Paruk. Aturan ini berlaku untuk hampir semua jenis
kata termasuk nama, tempat, sifat, keterangan. Namun, ada beberapa pengecualian
yang akan dijelaskan pada poin-poin berikut.
2. Gunakan Huruf Kecil untuk Preposisi, Konjungsi, dan Interjeksi
Yang dimaksud
dengan preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya. Dilihat dari
fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan memberikan
kesinambungan antara kata sebelum dan kata selanjutnya. Yang termasuk dalam
preposisi adalah: di, ke, pada, dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi,
ala, bak, tentang, mengenai, sebab, secara, terhadap, dst. Berikut ini contoh
judul menggunakan preposisi:
- Kreativitas dalam Karya Seni
Puisi
- Nyanyian dari Blora
- Cintaku di Kampus Biru
Sedangkan
konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini memiliki fungsi untuk
menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat, dan ungkapan-ungkapan dan tidak
memiliki makna khusus jika berdiri sendiri. Kata-kata yang termasuk
konjungsi yaitu dan, atau, tetapi,
ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh, karena, sehingga, bahwa, kalau,
untuk, kemudian. Inilah contoh konjungsi dalam suatu judul:
- Kota Solo Tidak Punya Laut tetapi
Punya Selat
- Sepeda Motor Seharusnya Tidak
untuk Mengangkut
Terakhir,
interjeksi, adalah istilah lain untuk kata seru yang mengungkapkan isi hati
dari si pembicara. Kata ini relatif jarang ditemui pada judul karya-karya tulis
serius, tetapi banyak menjadi pilihan untuk narasi yang bersifat ekspresif.
Contoh interjeksi adalah Alhamdulillah, duh, ih, cih, yuk, wah, wow, amboi, ah,
lho, dan lain-lain. Perhatikan judul-judul berikut:
- Nasi Liwet Solo Enak Banget, lho!
- Jalan-Jalan ke Malioboro, yuk!
Meskipun
demikian, ketiga jenis kata partikel tersebut harus tetap ditulis dengan huruf
kapital apabila letaknya di kata pertama sebuah judul, sesuai dengan kaidah
awal. Kita bisa menjadikan sejumlah karya besar sebagai contoh pengecualian
ini, termasuk Dari Ave Maria sampai Jalan Lain ke Roma, Kalau Tak
Untung, atau judul-judul berita yang sering kita lihat seperti: Wow,
Lihat Nasib Artis Ini Sekarang!
3. Perhatikan Kaidah Huruf Kapital pada Kata Ulang
Terkadang, kita
menemukan kata ulang pada judul yang akan kita gunakan. Untuk mengetahui cara
penulisannya, pertama-tama kita harus mengenali bentuk kata ulang tersebut.
Pada dasarnya, kata ulang bisa didefinisikan sebagai kata yang telah mengalami
pengulangan (reduplikasi) pada kata dasarnya. Kata ulang murni (dwilingga)
dan kata ulang semu harus ditulis dengan huruf kapital di setiap awal kata
karena sifatnya yang bisa dibilang tidak mengalami perubahan apapun. Seperti
contoh-contoh berikut:
- Cara Menyembelih Biri-Biri di
Hari Raya Kurban
- Kehidupan Si Kupu-Kupu Malam
- Sayap-Sayap Patah
- Kecil-Kecil Jadi Pengantin
Sedangkan bentuk
kata ulang sebagian, kata ulang berimbuhan, kata ulang dwipurwa, dan kata ulang
perubahan—semua yang sederhananya sudah mengalami perubahan bentuk—hanya
ditulis kapital pada huruf pertama kata ulang. Perhatikan pada judul-judul
berikut ini:
- Kapoltabes Surakarta: Gerak-gerik
Ibu Korban Mencurigakan
- Berjalan-jalan di Kota Solo
- Cerai-berai Negeriku
4. Penggunaan
Tanda Petik pada Kata Bahasa Asing atau Bahasa Daerah
Sering kita
jumpai judul tulisan atau karangan yang menggunakan kata bahasa asing atau
bahasa daerah, untuk itu penulisannya harus menggunakan tanda petik. Berikut
ini contohnya:
- Jokowi "Man
of The Year 2012"
- Politik ala
"Wong Jawa"
- "Sepi ing
Pamrih" atau Kemurnian Hati
Secara umum,
dalam membuat sebuah judul kita harus memerhatikan bentuk dan tata kalimat
untuk menentukan mana saja kata yang harus kita beri huruf kapital. Hal ini
penting untuk membuat susunan kata yang elok dipandang dan terasa rapi, juga
menarik.
Nah, demikian
paparan mengenai cara perumusan judul yang baik serta penulisannya yang benar.
Semoga bermanfaat dan selamat berkarya.
***
Solo, Jumat, 24
Agustus 2018
'salam damai
penuh cinta'
Suko Waspodo