Welcome...Selamat Datang...

Rabu, 18 September 2013

Keramahan Berujung Kehilangan

Hari ini aku tidak terlalu sibuk mengajar, hanya 2 jam pelajaran dan sudah aku selesaikan pukul 8.30 tadi. Seperti biasa selesai mengajar, aku masih harus menyelesaikan tugas tambahanku menyiapkan bahan presentasi untuk promosi penerimaan siswa baru. Tahun ini aku juga ditambah tugas sebagai bendahara panitia. Besuk aku harus ke satu SMP untuk mempresentasikan sekolah kami. Maklum sekolah kami SMK swasta baru dan harus gencar berpromosi untuk mendapatkan siswa-siswi baru yang berkualitas. Para guru lain masih menyelesaikan tugas mengajarnya, ruang guru sepi , hanya aku sendiri ditemani tumpukan tugas-tugas para siswa di atas meja para kolega.

“Maaf bu, ini ada tamu perlu bertemu dengan ibu,” suara ketokan dipintu yang tidak tertutup dan suara salah seorang karyawan administrasi sekolah menyela kesibukanku.

Dia datang mengantar seorang wanita berusia sekitar 40 tahun. Setelah si wanita menemui aku, dia segera berlalu meninggalkan kami berdua.

“Silahkan duduk bu, ada yang bisa saya bantu,” seperti biasa sapaku ramah kepada siapa pun.

“Begini bu, anak saya saat ini berada di Kalimantan bersekolah di SMK teknik dan akan saya ajak pindah ke kota ini, apakah sekolah ini bisa menerima siswa pindahan dari luar pulau?”, tanya tamuku dengan nada sedikit memelas.

“Putera ibu dari jurusan teknik kelas berapa?”, tanyaku dengan antusias.

“Kelas X, semester 2 dan saat ini masih di Kalimantan”, jawab si ibu sambil membetulkan posisi duduknya.

“Maaf bu, sekolah kami tidak memiliki jurusan seperti sekolah putera ibu, sekolah kami sekolah kejuruan jurusan grafika dan saat ini kan sudah menjelang akhir tahun ajaran, jadi kalau ibu berniat menyekolahkan di sekolah kami berarti putera ibu harus mengulang di tahun awal kelas X. Apakah putera ibu mau pindah jurusan di grafika?”, aku jelaskan dengan ramah sambil berharap si ibu tetap akan memilih sekolah kami. Asyik aku hari ini dapat calon siswa baru walaupun pindahan, pikirku.

“Tidak apa apa bu, anak kami juga suka menggambar dan komputer . Berapa biaya yang harus kami siapkan agar anak kami bisa bersekolah disini?”, dia memohon penjelasan dan aku semakin senang dapat calon siswa baru.

“Mengenai biaya nanti bisa wawancara dengan ibu Kepala Sekolah, tapi maaf ibu harus menunggu dulu karena beliau sedang ada tugas yang harus diselesaikan”, jawabku dengan penuh harap kesediaannya untuk menunggu.

“Boleh, tidak masalah. Tapi maaf, apakah saya boleh meminta brosur sekolah ini, siapa tahu ada saudara yang lain yang berminat menyekolahkan anaknya disini?”, tanyanya dengan raut wajah yang terlihat gembira.

“Tentu, dengan senang hati. Tunggu sebentar ya bu, saya ambilkan di bawah di ruang Unit Pelayanan Produksi. Sekalian saya ambilkan contoh-contoh hasil pekerjaan siswa-siswi kami”, kataku seraya tanpa pikir panjang meninggalkan dia menuju ruang UPP di bawah. Karena aku juga sekalian akan menanyai kesiapan teman guru yang akan menemani aku presentasi promosi besuk pagi.

Sekitar sepuluh menit aku meninggalkan si ibu tadi dan aku temui teman team promosi di ruang UPP. Aku temui juga teman guru lain, pembina pramuka, aku sampaikan bahwa aku dapat calon siswa baru walau pun pindahan. Kemudian aku kembali ke ruang guru lagi di lantai 2. Si ibu menyambut kedatanganku kembali dan terlihat agak gugup.

“Maaf bu, saya terpaksa belum bisa untuk wawancara hari ini karena tadi suami menelpon saya meminta saya untuk segera menemui dia di kantornya karena ada urusan yang harus segera kami selesaikan. Besuk pagi saja saya datang kembali kesini untuk wawancara dan bahkan berdua dengan suami saya. Kebetulan kalau Sabtu suami saya libur. Boleh kan bu?”, tanyanya dengan masih terlihat gugup dan cemas.

“Silahkan bu, kami tunggu kedatangan ibu dan bapak besuk pagi. Langsung saja menemui saya di ruang ini nanti sekalian saya sampaikan ke ibu kepala sekolah untuk wawancara dengan anda. Semoga urusan ibu dengan bapak lancar. Hati-hati di jalan bu”, aku salami dia dengan ramah sambil aku antar sampai ke tangga kemudian aku balik ke ruang guru lagi.

Sesaat kemudian aku berniat mengirim SMS ke anak perempuanku yang sedang ikut pelatihan mahasiswa di Semarang. Astaga. Handphone ku dan beberapa handphone titipan para siswa, karena para siswa tidak boleh membawa handphone selama pelajaran, raib dari dalam tas ku yang tadi aku letakkan di samping tempat dudukku dan aku tinggal saat aku mengambil brosur. Demikian pula uang panitia Penerimaan Siswa Baru sebesar 3 juta rupiah melayang. OMG, bakalan aku tidak terima gaji selama 2 bulan.

Bergegas aku mencoba mengejar keluar sekolah dengan motor maticku, tapi tentu saja sia-sia. Wanita itu sudah menghilang. Selanjutnya aku kembali ke sekolah dan menemui teman guru yang lain yang sedang mengajar dan meminta mereka untuk memeriksa tas mereka yang mereka tinggal di ruang guru. Ternyata tas temanku ibu guru bahasa inggris yang juga dipakai untuk nitip handphone para siswa juga dikuras habis. Untung tidak ada uang di dalamnya.

Selanjutnya aku hanya bisa menelungkupkan kepalaku di atas meja dan menangis. Tuhan ampunilah dia yang melakukan pencurian tadi, sadarkanlah dia atas perbuatannya. Mengapa keramahanku berujung pada kehilangan?

***
Solo, Jumat, 15 Februari 2013
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo

0 comments:

Posting Komentar