Istilah kejiwaan mental Lolita, perempuan petualang seks, mungkin tidak sepopuler mental Don Yuan, karena tidak sering dibahas. Mental Don Yuan lebih sering dibahas karena pelakunya atau penderitanya kaum lelaki, sehingga sering menyolok dan menarik perhatian. Namun memahami tentang mental Lolita sama pentingnya dengan pemahaman kita tentang mental Don Yuan. Kali ini kita akan mencoba menelaah lebih dalam tentang mental Lolita yang penderitanya adalah kaum perempuan.
Sejak masa mekarnya
perempuan memang sudah menarik perhatian. Dari antara mereka ada yang
menyalahgunakan daya tarik itu. Perempuan yang seperti ini barangkali
telah terkena oleh mental
Lolita. Lolita adalah nama tokoh dalam buku Vladimir Nabokove yang
berjudul sama. Dalam buku itu Nabokove menampilkan perempuan Lolita yang
agresif. Sedemikian agresif sehingga dia berhasil memaksa perjaka
Humbert untuk menikmati dirinya. Demikianlah
penderita penyakit Lolita dengan berbagai cara suka menggoda dan
memikat kaum laki-laki untuk berpetualang seks dengannya.
Perempuan penderita
yang bermental Lolita dapat datang dari setiap keluarga. Tetapi biasanya
berasal dari keluarga yang berantakan. Perempuan dari keluarga semacam
ini merasa tidak mendapat kasih sayang dalam keluarga. Selanjutnya dia
mencari cinta di luar rumah. Hatinya yang haus kasih sayang terlalu
rawan untuk setiap kata dan tindakan yang dirasanya menggemakan cinta.
Dia mudah menjadi korban rayuan. Dan awal dari pengalaman itu menjadi
titik permulaan dari petualangan-petualangan seks selanjutnya.
Kecuali karena keadaan
keluarga, ada juga perempuan yang kena mental Lolita sebagai akibat
ulah ibunya. Kemungkinan terjadi bahwa seorang ibu merasa terkekang pada
masa mudanya. Atau masa mudanya dirasa mengalami hidup yang ideal,
tetapi dalam kehidupan keluarga sekarang dia dihinggapi rasa kecewa
dalam kehidupan seksnya. Kekecewaan ini tanpa sadar bisa saja
mempengaruhi sikapnya terhadap anak perempuannya dalam perkara seks. Dia
memberi kelonggaran yang terlalu longgar. Maksudnya, yang tidak selalu
disadari, untuk menutup rasa terkekang atau kecewa yang dialaminya lewat
puterinya. Tentu saja hal ini berakibat fatal. Karena sikapnya sendiri
anak perempuannya menjadi korban.
Dijumpai juga
perempuan yang menjadi penderita mental Lolita, tetapi dalam hati
sebenarnya tidak dia kehendaki. Tetapi dia terjerumus ke arah itu,
karena dia mau memberontak kepada orang tua atau masyarakatnya. Dia tahu
bahwa seks merupakan hal yang “tabu’. Dia tahu bahwa siapa yang
melanggar hal itu, akan mendapat amarah dan dampratan dari orang tua
atau masyarakat. Namun justru karena mengetahui semua itu dia secara
demonstratif terjun dalam permainan seks yang terlarang. Tujuannya
amarah orang tua terpancing serta dampratan masyarakat dibangkitkan.
Ada juga perempuan
yang dihinggapi oleh mental Lolita karena pengaruh lingkungan. Sekarang
ini sikap orang terhadap masalah seks mengalami perubahan yang besar. Lewat
majalah, buku, surat kabar, radio, TV, internet, seks sering disajikan
terlepas dari konteks manusiawinya. Seks dipisahkan dari cinta dan
disajikan layaknya barang konsumsi, entah sebagai barang pemikat pembeli
berbagai barang produk, atau sungguh-sungguh ditawarkan sebagai suatu
nilai yang kelewat tinggi. Situasi ini menciptakan sikap dan paham
tersendiri mengenai seks. Oleh keadaan ini banyak perempuan yang
termakan. Mereka ini menjadi mangsa mental Lolita, karena tidak
mendapatkan bimbingan yang memadai.
Untuk membebaskan diri
dari mental petualang seks, mereka yang dikuasai olehnya sebaiknya
mulai berusaha membangkitkan harga diri mereka. Mereka adalah manusia
ciptaan Tuhan. Mereka direncanakan untuk menjadi manusia otentik, yang
mampu berjasa dan menyumbang demi kehidupan yang lebih baik. Perilaku
mereka yang tidak wajar dalam bidang seks itu membuat mereka menjadi
tidak berharga di mata orang lain. Mereka bukan saja tidak dapat
berjasa, melainkan malah menjadi sumber keresahan masyarakat.
Usaha untuk
membangkitkan harga diri itu disertai dengan perjuangan untuk mengerti
sebab-sebab yang mengakibatkan mereka hidup dalam keadaan itu; kapan
mereka mulai dihinggapi mental itu? Apa penyebabnya: diri sendiri,
keluarga, lingkungan? Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini
dapat menjadi batu loncatan untuk mengerti permasalahan mereka secara
obyektif dan mulai mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikannya.
Kemudian dengan
semakin berkembang harga dirinya, menguasai penyebabnya, serta berusaha
untuk mengatasinya, sedikit demi sedikit mereka yang dikuasai oleh
mental Lolita akan berubah menjadi manusia yang wajar dan menjalani
kehidupan seks yang wajar pula.
Demikianlah tulisan ini hanya sekedar sharing
untuk membuka pemahaman kita tentang penderita mental Lolita dan
berharap kita bisa memahaminya serta apabila dimungkinkan bisa membantu
mereka yang mengalaminya untuk terbebas dari penderitaannya. Semoga.
Salam damai penuh cinta.
Sumber bacaan: How to Use Your Complexes by J. Maurus
***
Solo, Selasa, 2 Juni 2013
Suko Waspodo
0 comments:
Posting Komentar